
Emak-emak Merapat! Ini yang Bikin Harga Minyak Goreng Terbang

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa bulan terakhir harga minyak goreng bergerak liar mengikuti pasar minyak sawit mentah yang sedang tinggi dan faktor lainnya. Minyak curah paling sensitif pada harga karena sangat tergantung dengan pergerakan harga CPO terkini.
"Minyak goreng sekarang tren naik terus, karena ini jadi tren global, bukan hanya di Indonesia, di antaranya pasokan minyak goreng dunia menurun, penyebabnya banyak, ada penurunan produksi canola oil di Kanada," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.
Selain Kanada, produksi CPO juga turun di wilayah lain, yakni tetangga kita Malaysia. Sebagai salah satu penghasil CPO terbesar di dunia selain Indonesia.
"Penurunan pasokan dari Malaysia akibat Malaysia selama pandemi kekurangan tenaga kerja sehingga pasokan ke dunia turun, angka di Malaysia turun 7%. Tapi kalau kita lihat penurunan pasokan produksi Malaysia bisa 8%-9%," ujar Oke.
Tren kenaikan harga akan terus meningkat. Namun, perlu ada upaya kongkrit demi menjaga persediaan, utamanya dari produksi dalam negeri.
"Tapi yang kita pastikan, karena kita sedang menggeliatkan perekonomian masyarakat, kita sediakan dulu stok dalam negeri. Kita imbau produsen minyak goreng tetap produksi premium sederhana maupun curah. Pastikan dulu ketersediaan stok ada dan kita coba stabilkan harga sampai Natal dan tahun baru," sebut Oke.
Minyak Goreng Curah yang Parah
Nasib minyak goreng curah bakal tamat di akhir tahun 2021. Keputusan ini muncul setelah pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 36 Tahun 2020 Tentang Minyak Goreng Sawit Wajib Kemasan.
Menjelang tamatnya nasib komoditas ini, berdasarkan pengakuan pedagang harga minyak goreng curah kini justru semakin tinggi. Akibatnya, untuk membeli minyak goreng curah pun kini banyak yang tidak sanggup.
"Harga yang curah awalnya Rp 11 ribu, saat ini Rp 17 ribu per kg. Penjualan pedagang makin turun juga karena daya beli melemah. Daya beli menurun kurang lebih 30% hingga 40%," kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran kepada CNBC Indonesia.
Ketika penjualan minyak goreng curah menurun, maka pedagang di sektor hilir merasakan langsung dampaknya. Pemerintah perlu mengambil langkah cepat dalam menyelesaikan masalah kenaikan harga minyak curah. Namun, Ngadiran pun mengungkapkan bahwa kenaikan harga bukan hanya terjadi di minyak goreng curah, melainkan juga minyak kemasan.
"Yang kemas 1 kg awal Rp 12.500 sekarang Rp 19.500, yang kemas 2kg awal Rp 22 ribu, sekarang Rp 37 ribu sampai dengan Rp 38 ribu," ujar Ngadiran.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Goreng Tiba-Tiba 'Terbang', Begini Penjelasannya