Maaf, Ekonomi China Kayaknya Madesu

Jakarta, CNBC Indonesia - Biro Statistik Nasional China (NBS) merilis data pertumbuhan ekonomi Negeri Panda periode kuartal I-2022. Hasilnya, Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 4,8%. Namun ke depan, sepertinya prospek ekonomi China agak samar-samar.
Realisasi pertumbuhan ekonomi 4,8% lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya yang 'hanya' 4%. Juga lebih tinggi ketimbang ekspektasi pasar yakni 4,4%.
Namun, NBS mengungkapkan kinerja kuartal I-2022 belum sepenuhnya memperhitungkan dampak lockdown di Shanghai, yang membuat jutaan orang terjebak di rumah selama beberapa pekan. Setelah lockdown akibat penyebaran Covid-19, kondisi ekonomi China tercatat melambat pada Maret 2022 karena konsumsi, real estat, dan ekspor terpukul keras.
China menjadi salah satu negara di dunia yang bisa tumbuh positif saat masa-masa awal pandemi Covid-19. Pada 2021, ekonomi Negeri Tirai Bambu tercatat tumbuh dengan pesat.
Namun, mimpi China untuk pertumbuhan ekonomi pesat pada 2022 rasanya harus didapatkan dengan penuh perjuangan. Tantangan jangka pendek yang akan dihadapi tentunya risiko lockdown dan konflik Rusia-Ukraina.
Dilansir dari Reuters, para analis mengatakan data pada April kemungkinan akan lebih buruk akibat dampak kebijakan lockdown di pusat komersial Shanghai dan di tempat-tempat lain. "Dampak lebih lanjut dari lockdown sudah dekat, bukan hanya karena ada keterlambatan pengiriman kebutuhan sehari-hari, tetapi juga karena menambah ketidakpastian pada layanan dan operasi pabrik yang telah berdampak pada pasar tenaga kerja," kata Iris Pang, Kepala Ekonom Tiongkok Raya di ING.
Selain itu, bursa saham China juga merah. Indeks blue chip (CSI300) tercatat turun 0,6%, sedangkan Shanghai Composite Index (SSEI) tercatat turun 0,5%.