Neraca Perdagangan RI Surplus Terus, Tapi Awas Impor Migas

Maesaroh & Maesaroh, CNBC Indonesia
Senin, 18/04/2022 15:13 WIB
Foto: Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat kontainer di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (4/3/2022). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca perdagangan Indonesia kembali menunjukkan performa yang sangat positif di bulan Maret. Lonjakan harga komoditas menjadi pemicunya.

Pada Maret 2022, surplus neraca perdagangan melonjak ke US$ 4,53 miliar. Angka tersebut adalah yang tertinggi ketiga dalam sejarah, setelah surplus di Oktober US$ 5,73 miliar dan Agustus (US$ 4,75 miliar).

Sebagai perbandingan, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Maret 2022 adalah US$ 2,97 miliar.



Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor pada Maret mencapai US$ 26,50 miliar sementara impor ada di kisaran US$ 21,97 miliar. Baik ekspor dan impor sama-sama mencatatkan rekor tertinggi dalam sejarah Indonesia. 

Nilai ekspor Indonesia di Maret naik 29,42% dibandingkan Februari (month to month/mtm) sementara dibandingkan Maret 2021 melonjak 44,36% (year on year/YoY). Sementara itu, nilai impor Indonesia naik 32,02% (mtm) dan melesat 30,85% (YoY).

Lonjakan surplus tidak lepaskan dari lonjakan harga-harga komoditas pertambangan dan pertanian mulai dari batu bara hingga crude palm oil (CPO). Sebagai catatan, harga sejumlah komoditas melambung di awal Maret karena invasi Rusia ke Ukraina. Batu bara dan CPO bahkan mencatat rekor tertinggi di awal Maret lalu.

Harga batu bara mencetak rekor pada 2 Maret 2022 lalu ke level US$ 446 per ton. Pada 9 Maret, harga CPO menyentuh MYR 7.268/ton yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.


Lonjakan harga komoditas juga menjadi alasan Indonesia tetap memperpanjang rekor surplus hingga Maret. Indonesia sudah membukukan surplus neraca perdagangan sejak April 2020, atau selama 23 bulan terakhir. Ini baru kali pertama terjadi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Rekor surplus perdagangan tanpa putus kali terakhir terjadi pada Agustus 2008-Juni 2010 yang juga berlangsung selama 23 bulan. Kala itu Indonesia masih dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kemenperin Catat Industri Mainan Domestik Surplus

Pages