
Neraca Perdagangan RI Surplus Terus, Tapi Awas Impor Migas

Impor migas Indonesia pada Maret 2022 mencapai US$ 2,49 miliar sementara impor nonmigas menembus US$ 18,47 miliar. Neraca perdagangan migas Indonesia pun membukukan defisit sebesar US$ 2,09 miliar di Maret, tertinggi sejak Desember 2021. Impor sangat tinggi di Maret sementara ekspor migas hanya mencapai US$ 1,41 miliar.
Impor hasil minyak pada Maret 2022 mencapai US$ 2,36 miliar atau jauh lebih tinggi dibandingkan pada Februari 2022 (US$ 1,8 miliar). Bila merujuk data setahun terakhir, impor hasil minyak di Maret juga yang menjadi tertinggi dalam periode setahun ini.
Sementara itu, impor minyak mentah justru turun menjadi US$ 657,7 juta ddi Maret dari US$ 751,3 juta di Februari. Kenaikan impor migas tidak bisa dilepaskan dari melonjaknya harga minyak mentah dunia di mana sejak awal Maret, harga minyak mentah masih bertahan d atas US$ 100 per barel. Pada 8 Maret, harga minyak mentah dunia Brent kembali tembus ke level US$ 120 yang menjadi catatan tertinggi sejak 2008.
Sementara itu, impor non migas dari semua penggunaan barang juga melonjak di Maret mulai dari barang konsumsi, bahan baku/penolong, hingga barang modal.
Kenaikan tertinggi ada di barang konsumsi yakni 51,22 (mtm) menjadi US$ 1,82 miliar di Maret. Impor barang modal mencapai US$ 3,13 miliar atau naik 20,3% (mtm) dan impor bahan baku/penolong naik 32,6% (mtm) menjadi US$ 12,8 miliar.
"Kenaikan impor menunjukkan permintaan domestik terus menanjak. Impor diperkirakan masih akan tetap naik hingga akhir tahun selama pelonggaran tidak diperketat. Namun, kenaikan harga komoditas juga akan membantu neraca perdagangan ke depan," tutur ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana, kepada CNBC Indonesia.
Selain pemulihan ekonomi, impor Indonesia di Maret juga didorong oleh persiapan Ramadan dan Lebaran. Impor barang konsumsi seperti daging hewan, buah-buahan, serta bawang putih naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]