Pak Anies, BOR DKI Sudah 11%! Bisa Ganggu Ekonomi Nih...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 January 2022 13:34
Vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6-11 tahun
Foto: Vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6-11 tahun di SDN 03 Rawabuntu, Tangerang Selatan, Selasa (14/12/2021). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan eceran di Indonesia tumbuh positif pada November 2021 dan diperkirakan berlanjut pada bulan setelahnya. Namun data ini bak pedang bermata dua, bisa disikapi secara positif tetapi juga wajib diwaspadai.

Bank Indonesia pada Selasa (11/1/2022) melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) periode November 2021 adalah 201. Naik 2,8% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) dan melesat 10,8% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Secara tahunan, pertumbuhan 10,8% jauh lebih baik ketimbang Oktober 2021 yang naik 6,5%. Pertumbuhan 10,8% juga menjadi yang tertinggi sejak Mei 2021.

Pada Desember 2021, BI memperkirakan IPR berada di 206,9. Naik 3% mtm dan 8,9% yoy.

Di satu sisi, perkembangan ini patut disyukuri. Data ini semakin memberi konfirmasi bahwa konsumsi rumah tangga Tanah Air sudah bangkit.

Kemarin, BI mengumumkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di 118,3. Indeks di atas 100 menandakan konsumen percaya diri dalam memandang prospek ekonomi saat ini hingga enam bulan mendatang.

Peningkatan konsumsi juga tercermin dari penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang mencerminkan transaksi di perekonomian. Pada 2020, setoran PPN Dalam Negeri tercatat Rp 298,84 triliun. Setahun kemudian, angkanya melonjak 14%.

"PPN masih kuat. Berarti ayunan pemulihan bergerak menguat," tegas Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, dalam konferensi pers awal bulan ini.

Konsumsi yang kuat juga ditandai oleh tingginya aktivitas masyarakat di luar rumah. Mengutip Covid-19 Community Mobility Report keluaran Google, tingkat kunjungan ke tempat perbelanjaan ritel dan rekreasi bertahan di atas hari-hari sebelum pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Pemandangan serupa terlihat di indeks mobilitas dari Apple. Indeks mobilitas dengan mengemudi di Indonesia terus berada di di atas 100. Artinya, mobilitas sudah melampaui masa pra-pandemi.

Ingat, konsumsi rumah tangga adalah kontributor utama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari sisi pengeluaran. Jadi kalau tanda-tanda kuatnya konsumsi rumah tangga kian terlihat, maka prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal cerah.

Halaman Selanjutnya --> Ada Tanda Pandemi Ganas Lagi

Akan tetapi, perkembangan ini juga harus disikapi dengan kewaspadaan. Sebab, pandemi virus corona belum rampung. Bahkan tampak mengganas dengan kehadiran varian omicron.

Belum lama ini Indonesia mampu mengendalikan pandemi dengan baik, buktnya kasus positif harian bertahan rendah. Namun akhir-akhir ini kasus harian meningkat signifikan.

Dalam dua minggu terakhir, rata-rata kasus positif harian Covid-19 adalah 341 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 188 orang setiap harinya.

Adalah virus corona varian omicron yang menyebabkan lonjakan tersebut. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan pasien perdana pengidap varian omicron pada 16 Desember 2021. Per kemarin, jumlahnya sudah 414 orang.

Sejauh ini, tambahan pasien positif corona belum terlampau membebani sistem pelayanan kesehatan. Tingkat keterisian ranjang rumah sakit (Bed Occuppancy Rate/BOR) nasional masih terjaga rendah di bawah 5%.

Akan tetapi, kondisi di DKI Jakarta perlu dicermati. Meski BOR nasional masih 3% per 4 Januari 2022, tetapi di Jakarta sudah 11%. BOR 11% di provinsi pimpinan Gubernur Anies Rasyid Baswedan adalah yang tertinggi sejak September 2021.

Virus corona seperti influenza, lebih mudah menular ketika terjadi peningkatan intensitas interaksi antar-manusia. Tingginya mobilitas meningkatkan intensitas tersebut.

Di satu sisi, peningkatan mobilitas menunjukkan pergerakan 'roda' ekonomi dan konsumsi rumah tangga. Namun di sisi lain, peningkatan mobilitas diiringi dengan peningkatan risiko penularan virus corona.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular