Ada Omicron dan Pengetatan PPKM, Warga +62 Belanja Terus!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 March 2022 10:17
Pengunjung berbelanja di Matahari Store dikawasan Jakarta, Senin (30/11/2020). PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) menutup 6 gerainya hingga akhir tahun ini. Jumlah gerai perusahaan ritel ini akan berkurang dari 153 toko menjadi 147 toko.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Matahari Department Store (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia- Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia sempat kembali mengganas pada Januari-Februari 2022. Namun sepertinya itu tidak menghentikan masyarakat untuk tetap berbelanja.

Virus corona varian Omicron menebar teror di Ibu Pertiwi pada awal tahun ini. Angka kasus positif harian sempat mencapai rekor tertinggi, lebih dari 64.000 orang dalam sehari.

Hasilnya, pemerintah pun kembali mengetatkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Di wilayah Jabodetabek, misalnya, PPKM sempat naik ke Level 3.

Namun lonjakan kasus harian dan pengetatan PPKM sepertinya tidak menyurutkan minat warga +62 untuk berbelanja. Buktinya, penjualan ritel tumbuh tinggi pada Januari-Februari 2022.

Penjualan ritel yang dicerminkan dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Januari 2022 tercatat 209,6. Naik 15,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

"Mayoritas kelompok mencatatkan perbaikan kinerja penjualan eceran pada periode tersebut, terutama kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Suku Cadang dan Aksesori, dan subkelompok Sandang. Secara bulanan, penjualan eceran tercatat terkontraksi sebesar 3,1% (mtm), dari 7,6% (mtm) pada bulan sebelumnya, sejalan dengan pola musiman normalisasi permintaan pasca perayaan HBKN Natal dan Tahun Baru. Penurunan terjadi pada mayoritas kelompok komoditas, dengan penurunan terdalam pada subkelompok Sandang, Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau dan kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi," papar keterangan tertulis Bank Indonesia (BI), Kamis (10/3/2022).

Untuk Februari 2022, BI memperkirakan IPR sebesar 202,8. Secara bulanan (month-to-month/mtm) memang turun 3,2%, tetapi secara tahunan tetap tumbuh 14,5%.

"Perlambatan (secara bulanan) terjadi pada kelompok Suku Cadang dan Aksesori serta Makanan, Minuman dan Tembakau. Secara bulanan, penjualan eceran diprakirakan terkontraksi 3,2% (mtm). Penurunan penjualan terjadi pada mayoritas kelompok, seperti kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, Suku Cadang dan Aksesori serta Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, sejalan dengan turunnya permintaan masyarakat, pasokan yang lebih terbatas, dan kondisi cuaca yang kurang mendukung," lanjut keterangan BI.

Dari sisi harga, responden memprakirakan tekanan inflasi pada April 2022 (tiga bulan mendatang) meningkat dan selanjutnya menurun pada Juli 2022 (enam bulan mendatang). Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) April 2022 diperkirakan mencapai 139,1, atau lebih tinggi dari 129,2 pada bulan sebelumnya didorong oleh tingginya permintaan selama Ramadan. IEH Juli 2022 diperkirakan menjadi 129,8, lebih rendah dari 132,0 ditunjang oleh distribusi barang yang lancar serta pasokan barang dan jasa yang memadai.


(aji/aji) Next Article Membaik Sih, Tapi Penjualan Ritel di RI Masih Minus!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular