Internasional

Krisis Energi 'Makan Korban' di Singapura: Harga Pangan

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Kamis, 04/11/2021 11:10 WIB
Foto: Singapura. AP/Yong Teck Lim

Jakarta, CNBC Indonesia - Meningkatnya harga energi di Singapura membuat harga pangan diperkirakan ikut melonjak dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini disampaikan oleh Menteri Perdagangan dan Industri Gan Kim Yong dalam jawaban tertulis saat rapat parlemen, Rabu (3/11/2021).

Dia mengatakan harga energi berkontribusi pada biaya pangan global. Ia menyarankan pemasok mungkin perlu menyesuaikan harga saat terjadinya kenaikan biaya.


"Harga pangan dipengaruhi oleh kombinasi beberapa faktor, termasuk harga impor, biaya energi, pengiriman, tenaga kerja, dan perubahan cuaca musiman," kata Gan, dikutip dari Channel News Asia (CNA), dikutip Kamis (4/11/2021).

Harga pangan domestik meningkat dalam enam bulan terakhir. Ini dipicu oleh kenaikan harga komoditas pangan global, harga energi yang lebih tinggi, kemacetan rantai pasokan dan kekurangan tenaga kerja.

Gan mengatakan pemerintah akan membantu keluarga di Singapura dengan berbagai cara untuk mengurangi dampak dari harga pangan yang lebih tinggi.

"Misalnya, Dinas Sosial Kementerian Sosial dan Pembangunan Keluarga memberikan bantuan ComCare kepada rumah tangga berpenghasilan rendah untuk mendukung biaya hidup sehari-hari mereka," katanya.

"Skema Voucher Belanjaan Anggaran 2020 juga telah membantu warga Singapura yang kurang mampu dengan pengeluaran rumah tangga mereka selama periode ketidakpastian ekonomi ini," tambahnya.

Oktober lalu, sekitar 160.000 warga Singapura yang memenuhi syarat menerima voucher belanja senilai SG$ 100 atau sekitar Rp 1 juta (asumsi Rp 10.600/SG$).

"Singapura akan terus mendiversifikasi sumber impor kami untuk menjaga harga tetap kompetitif dan meningkatkan ketahanan pasokan," tukas Gan.

Sebelumnya lima pengecer listrik telah menarik diri dari pasar Singapura selama tiga minggu terakhir. Sehingga kondisi pasar bergejolak setelah lonjakan harga energi grosir.

Rantai pasokan global juga berada di bawah tekanan karena pandemi Covid-19. Sejauh ini wabah berakibat pengurangan tenaga kerja, penundaan kapal, dan menyebabkan kemacetan di pelabuhan-pelabuhan utama di seluruh dunia.


(tfa/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Indonesia Diramal Kembali Deflasi di Mei 2025