
Percaya Gak Percaya, Nasib Singapura di Tangan RI soal Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara tetangga Singapura saat ini tengah mengalami krisis energi dan berdampak pada pasokan listrik di negara tersebut. Hal ini terjadi lantaran terganggunya pasokan gas ke negara tersebut.
Tingginya permintaan gas alam dunia menjadi penyebab krisisnya supplai gas ke Singapura dan berdampak pada meroketnya harga. Hal ini terjadi sejak pembukaan dunia pasca lockdown akibat pandemic Covid-19.
Sebagai dampak dari mulai terbatasnya pasokan gas alam, beberapa perusahaan produsen listrik mulai menyatakan akan keluar dari bisnis listrik di Singapura.
Salah satu produsen listrik, Ohm Energy dan iSwitch menyatakan akan menghentikan operasinya dan telah mengembalikan rekening pengguna ke SP group, perusahaan listrik milik negara di Singapura.
"Beberapa mungkin merasa sulit untuk mempertahankan operasi mereka dan mungkin memilih untuk keluar dari pasar," kata otoritas energi Singapura EMA.
Secara total, setidaknya saat ini sudah ada tiga perusahaan mengaku akan keluar dari bisnis listrik di Singapura. Negara ini memang telah meliberasi listrik sejak 2018, dengan meluncurkan sistem Pasar Terbuka (OEM).
Tak hanya itu, sebagai implikasi, terdapat kemungkinan harga listrik yang fluktuatif dan gangguan pasokan bagi pelanggan. Untuk itu EMA menegaskan akan bekerja sama dengan pengecer listrik untuk menghadapi tantangan ini.
Usut punya usut, setidaknya 60% pasokan gas alam ke Singapura dipenuhi dari Indonesia. Pemenuhan gas alam ini disebut tengah terganggu karena rendahnya pasokan.
"Sekitar 60% pasokan gas mereka dari Indonesia," kata Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute.
EMA menyebutkan pembatasan gas alam pipa dari West Natuna dan rendahnya gas yang dipasok dari Sumsel menjadi penyebabnya.
Sementara itu, SKK Migas membenarkan soal gangguan dari Indonesia ini. Hal ini disampaikan oleh Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno.
"Minggu lalu tidak ada operational disruption ya kecuali memang planned shutdown Jambi Merang untuk maintenance. (Tapi) beberapa waktu yang lalu ConocoPhillips memang ada gangguan cukup lama dari Mei sampai Agustus. Sekarang sudah back to normal," kata dia pekan lalu.
"Pada waktu kita ada unplanned shutdown ya memang kurang supply ke Singapore. Tapi sekarang seharusnya sudah normal," imbuhnya.
Kontrak Supply Gas RI ke Singapura
Berdasarkan data BP Statistical Review 2021, konsumsi gas alam Singapura pada 2020 sekitar 1,22 miliar kaki kubik per hari (BCFD), naik tipis dari 2019 sekitar 1,21 BCFD.
Lalu, berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pada 2020, setidaknya ada tiga kontrak ekspor gas RI ke Singapura dengan pasokan minimal sekitar 700 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Artinya, hampir 60% pasokan gas Singapura memang berasal dari Indonesia.
Setidaknya ada tiga kontrak ekspor gas Indonesia ke Singapura. Berdasarkan data SKK Migas per tahun lalu, pertama adalah kontrak ekspor gas Pipa ke GSPL Singapura yang dikelola oleh ConocoPhillips Grissik Ltd dan Petrochina ke Gas Supply Pte Ltd (GSPL), perusahaan gas di Singapura.
Kontrak ini memiliki volume terkontrak sebesar 350 miliar British thermal unit per hari (Billion British Thermal Unit per Day/ BBTUD) dan kontrak akan berakhir pada 2023.
Kedua, kontrak ekspor Gas Pipa ke SembGas. Kontrak ini berasal dari lapangan gas yang dikelola Medco Natuna, Premier Oil dan Star Energy ke SembCorp Gas (SembGas), perusahaan gas di Singapura dan berakhir pada 2028.
Mengutip dari situs SembGas, ekspor gas perdana ke SembGas ini sebesar 100 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) pada Juli 2001 dari lapangan gas yang terdapat di West Natuna Sea (Laut Natuna Barat). Adapun dalam perjanjian jual beli gas (Gas Sales Agreement) pada saat itu mencapai 325 MMSCFD.
Sementara sumber gas diambil dari sejumlah blok di Laut Natuna Barat seperti South Natuna Sea Block B yang saat itu dikelola ConocoPhillips, namun sejak 2016 sudah diambil alih Medco E&P Natuna Ltd, lalu Kakap Block yang dioperasikan Gulf Resources (Kakap) Ltd namun kini dioperasikan Star Energy (Kakap) Ltd, Natuna Sea Block A, dan Premier Oil Natuna Sea.
Ketiga, kontrak ekspor Gas Pipa ke SembGas. Ini merupakan ekspor gas dari lapangan gas yang dikelola Premier Oil ke SembCorp Gas (SembGas), perusahaan gas di Singapura. Kontrak juga akan berakhir pada 2028.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Nyata! Gegara RI, Singapura Bisa Hidup dalam Kegelapan