Internasional

Bukan Hoax! Negara Tetangga Bisa Hidup Gelap Gulita Gegara RI

Anisatul Umah & Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
21 October 2021 07:30
Lonjakan Covid-19 yang terjadi membuat pemerintah Singapura memutuskan untuk memperketat pembatasan sosial warganya. (REUTERS/EDGAR SU)
Foto: Lonjakan Covid-19 yang terjadi membuat pemerintah Singapura memutuskan untuk memperketat pembatasan sosial warganya. (REUTERS/EDGAR SU)

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis energi tidak hanya melanda negara-negara di Eropa, Inggris, China dan India, tetapi juga Singapura. Negeri tetangga RI itu pun terimbas hal ini setelah pengecer listrik di negara tersebut mulai bertumbangan.

Tiga perusahaan retail listrik di Singapura memutuskan untuk berhenti dari bisnis listrik. Ini seiring dengan kendalanya pasokan energi seperti gas dan lonjakan harga komoditas itu dan bahan bakar lainnya.

Pekan lalu, iSwitch, perusahaan retail listrik independen terbesar di Singapura, dan Ohm Energy, perusahaan retail yang lebih kecil, telah memutuskan berhenti dari bisnis retail listrik.Terbaru, Best Electricity memutuskan berhenti di bisnis ini, Selasa (19/10/2021), akibat volatilitas pasar energi membuat perusahaan "tidak memiliki pilihan lain".

Perusahaan lain Union Power mengatakan akan menghentikan sekitar 850 akun ritel sebagai bagian dari reorganisasi bisnis. Pengecer independen ini menekankan, bagaimanapun, mereka tidak akan keluar dari pasar.

Pakar industri menganggap tidak akan mengejutkan jika lebih banyak pengecer memutuskan untuk keluar. Ini, kata pengamat, karena "badai sempurna" di pasar energi global dan domestik.

"Keluarnya pengecer listrik dan konsolidasi pasar telah berdampak pada konsumen, karyawan, dan pengecer yang tersisa. Ini adalah pertama kalinya kami mengalami ini sejak Pasar Listrik Terbuka diluncurkan ke rumah tangga pada 2018," kata dosen bisnis Tan Tsiat Siong dari Singapore University of Social Sciences, seperti dikutip dari Channel News Asia (CNA), Rabu (20/10/2021)

"Ini akan berimplikasi pada regulasi dan pemantauan Pasar Listrik Terbuka di masa depan."

Ternyata ketergantungan ke Indonesia juga jadi sebab mengapa banyak perusahaan listrik di Singapura gulung tikar. Di antaranya gangguan impor gas dari pipa gas West Natuna RI dan rendahnya pasokan gas dari Sumatera Selatan (Sumsel).

"Ada juga pembatasan gas alam perpipaan dari West Natuna (RI) dan rendahnya gas yang dipasok dari Sumsel," kata Otoritas Energi Singapura, EMA, pada akhir pekan lalu.

Saat dikonfirmasi CNBC Indonesia, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK) Migas membenarkan adanya gangguan pasokan gas ini. Namun dikatakan distribusi sudah membaik.

"Distribusi gas pada September sudah mulai membaik, dibandingkan Juli yang mengalami gangguan produksi, namun belum kembali normal seperti awal tahun ini. Hal ini disebabkan penurunan laju produksi gas di salah satu lapangan" tegas Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno ke CNBC Indonesia.

Perlu diketahui, berdasarkan data BP Statistical Review 2021, konsumsi gas alam Singapura pada 2020 sekitar 1,22 miliar kaki kubik per hari (BCFD), naik tipis dari 2019 sekitar 1,21 BCFD.Bila ekspor gas RI ke Singapura ini mencapai rata-rata 737,2 BBTUD (billion bristh thermal unit per day), maka artinya sekitar 60% pasokan gas Singapura dipasok dari RI.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Nyata! Gegara RI, Singapura Bisa Hidup dalam Kegelapan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular