Internasional

Awas! India & China Kompak Bawa 'Kabar Buruk' Buat RI

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
04 November 2021 07:40
PM India Narendra Modi dan Presiden China Xi Jinping di Zhejiang, China, 4 September 2016. REUTERS/Damir Sagolj/File Photo
Foto: PM India Narendra Modi dan Presiden China Xi Jinping di Zhejiang, China, 4 September 2016. REUTERS/Damir Sagolj/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - India dan China kompak membawa 'kabar buruk' bagi batu bara RI. Pasalnya kedua negara tersebut berencana untuk mengurangi konsumsi 'emas hitam' sebagai bagian dari target emisi karbon bersih (net zero) dalam beberapa dekade mendatang.

Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan India akan menjadi negara dengan netral karbon pada 2070. Pernyataan ini dilontarkannya dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11/2021) lalu.

Selain itu, komitmen India dalam jangka pendek adalah menjanjikan 50% listrik dihasilkan dari energi terbarukan pada 2030, meningkatkan energi non-fosil menjadi 500 gigawatt (GW) di tahun yang sama dan mengurangi 45% intensitas emisi karbon dalam roda ekonomi.

India juga berjanji akan mengurangi emisi karbon dioksida (Co2) hingga 1 miliar ton antara 2021-2030. Ambisi India memenuhi 50% energi listrik dengan EBT pada 2030 tidak hanya akan mengurangi porsi batu bara dalam energi nasional, tetapi juga akan berdampak terhadap permintaan impor batu bara India.

Indonesia adalah importir batu bara terbesar India dengan kontribusi sebesar 49% dari jumlah impor. Tentu proyek ambisius untuk menangani perubahan iklim akan berdampak negatif terhadap RI.

Kontribusi negeri Bollywood tersebut penting karena menempati urutan kedua nilai ekspor batu bara Indonesia dengan kontribusi 17,31% dari total keseluruhan ekspor. Berdasarkan data BPS, ekspor batu bara Indonesia ke India pada Januari-Agustus 2021 sebesar 51,22 miliar ton dengan nilai US$ 2,52 miliar.

Sementara China, dalam pernyataan terbaru, juga berencana untuk mengurangi konsumsi batu bara rata-rata pembangkit listrik menjadi 300 gram per kilowatt hour (kwh) di 2025. Pengumuman ini disampaikan saat China terseok-seok dengan krisis energi yang menyebabkan sejumlah wilayah dilanda pemadaman listrik dan membuatnya menggenjot produksi batu bara.

Sikap ini juga merupakan 'kabar buruk' kedua pemerintah Xi Jinping tahun ini, setelah sebelumnya membuat komitmen tidak akan lagi membangun proyek PLTU batu bara di luar negeri. Kala itu ia juga berjanji mempercepat upaya menjadi nol karbon di 2060.

Mengutip Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2020, ekspor batu bara RI terbesar adalah China, disusul India dan Jepang. Pada 2020, ekspor batu bara RI ke China mencapai 127,78 juta ton atau sekitar 31,5% dari total ekspor batu bara nasional yang mencapai 405,05 juta ton.

Sementara ekspor ke India mencapai 97,51 juta ton dan ke Jepang 26,97 juta ton. Adapun ekspor batu bara RI ke China tertinggi terjadi pada 2019 sebelum pandemi Covid-19 menghantam dunia, yakni mencapai 144,41 juta ton.

India dan China bukan negara penyumbang emisi terbanyak dunia pertama yang melakukan pengurangan ini. Hal serupa juga dikatakan Amerika Serikat (AS) serta Uni Eropa yang akan bebas karbon pada 2050.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Batu Bara, China-India Hadapi Krisis Energi Terburuk!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular