Indonesia Waspada! 'Kiamat' Batu Bara di Depan Mata...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 November 2021 13:55
Bongkar Muat Batu bara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Suasana penambangan di tambang terbuka dekat Dhanbad, sebuah kota di India timur di negara bagian Jharkhand, Jumat, 24 September 2021. (AP/Altaf Qadri)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah India, kini giliran China yang bakal 'mempersiunkan' pembangkit listrik bertenaga batu bara (Pembangkit Listrik Tenaga Uap/PLTU). Ini adalah berita buruk bagi Indonesia, karena China adalah negara tujuan ekspor batu bara utama.

Mengutip Reuters, Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) menargetkan PLTU harus menghasilkan emisi karbondioksida rata-rata maksimal 300 gram per kilowatt-hour (KWh) pada 2025. Ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi energi dan menurunkan emisi gas rumah kaca.

"Meningkatkan penghematan energi dan mengurangi konsumsi listrik bertenaga batu bara adalah cara yang efektif untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan emisi karbon. Pengurangan konsumsi batu bara akan membantu menurunkan emisi karbondioksida sebanyak 6,67 miliar ton atau sekitar 36% dari total emisi yang dihasilkan industri," sebut keterangan tertulis NDRC.

Emisi karbondioksida dari PLTU menyumbang sekitar 40% dari total emisi di Negeri Tirai Bambu. Pada 2020, rata-rata PLTU menghasilkan emisi karbondioksida sebanyak 305,5 gram per KWh.

Jika pada 2025 masih ada PLTU yang menghasilkan emisi di atas 300 KWh dan tidak bisa diperbaiki, maka bakal 'dipensiunkan'. Selain itu, China juga secara bertahan akan memposisikan PLTU sebagai pembangkit cadangan. Nantinya, pembangkit listrik utama akan bertenaga energi terbarukan.

Halaman Selanjutnya --> China dan India, Tumpuan Harapan Batu Bara Indonesia

Sebelumnya, India juga berencana menempuh hal yang sama. Pemerintah India menargetkan mencapai nol emisi (zero emission) pada 2070. Salah satunya dilakukan dengan 'mempensiunkan' PLTU secara bertahap.

Batu bara yang bakal ditinggalkan oleh dunia adalah mimpi buruk buat Indonesia. Pasalnya batu bara adalah 'urat nadi' dan 'detak jantung' ekspor Ibu Pertiwi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor batu bara Indonesia pada Januari-Agustus 2021 mencapai US$ 14,55 miliar. Angka ini adalah 10,72% dari total ekspor non-migas dan 69,32% dari total ekspor pertambangan Indonesia.

eksporSumber: BPS

China adalah negara tujuan ekspor batu bara terbesar. Pada delapan bulan pertama 2021, nilai ekspor batu bara Indonesia ke Negeri Panda adalah US$ 4,71 miliar. Melonjak hampir 150% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

Peringkat kedua diduduki India dengan nilai US$ 2,52 miliar. Tumbuh 17,89% yoy.

Nah, dua negara tujuan ekspor utama sudah mengungkapkan bakal mulai meninggalkan batu bara. Kalau Indonesia masih saja mengandalkan batu bara sebagai komoditas andalan, maka ekspor bakal 'kiamat'.

Oleh karena itu, Indonesia juga harus berubah, harus beradaptasi dengan lingkungan global. Jangan lagi menggantungkan hidup kepada penjualan barang-barang mentah seperti batu bara.

Ekspor produk olahan bernilai tambah tinggi semestinya sudah menjadi andalan. Sedari dulu...

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular