Harga Batu Bara Jeblok Nyaris 32% Hanya dalam 5 Hari!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 November 2021 06:54
Indian laborers load coal into a truck in Dhanbad, an eastern Indian city in Jharkhand state, Friday, Sept. 24, 2021. A 2021 Indian government study found that Jharkhand state -- among the poorest in India and the state with the nation’s largest coal reserves -- is also the most vulnerable Indian state to climate change. Efforts to fight climate change are being held back in part because coal, the biggest single source of climate-changing gases, provides cheap electricity and supports millions of jobs. It's one of the dilemmas facing world leaders gathered in Glasgow, Scotland this week in an attempt to stave off the worst effects of climate change. (AP Photo/Altaf Qadri)
Foto: Buruh memuat batu bara ke dalam truk di Dhanbad, sebuah kota di India timur di negara bagian Jharkhand, Jumat, 24 September 2021. (AP/Altaf Qadri)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara turun lagi, meski tidak separah hari-hari sebelumnya. Ada apa dengan si batu hitam?

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 137,1/ton. Berkurang 1,37% dibandingkan sehari sebelumnya.

Kini harga batu bara sudah turun selama lima hari beruntun. Selama lima hari tersebut, koreksinya mencapai 31,79%. Wow...

Perkembangan di China sepertinya sangat mempengaruhi harga batu bara. Pemerintahan Presiden Xi Jinping berkomitmen untuk terus menekan harga batu bara ke tingkat yang wajar.

Meski anjlok dalam beberapa hari terakhir, harga batu bara masih naik 67,71% sejak akhir 2020 (year-to-date). Harga komoditas ini sempat naik gila-gilaan sampai mengukir rekor tertinggi.

China memang sangat merasakan dampak lonjakan harga batu bara. Sekitar 60% pembangkit listrik di Negeri Tirai Bambu menggunakan batu bara sebagai sumber energi primer.

Mahalnya harga dan menipisnya pasokan membuat sejumlah wilayah di China terpaksa melakukan pemadaman listrik bergilir. Ini menyebabkan gangguan produksi yang luar biasa.

Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) menegaskan harga komoditas ini masih bisa turun lagi setelah melakukan investasi terhadap para produsen. "Hasil penyelidikan awal menunjukkan bahwa biaya produksi batu bara masih jauh lebih rendah dibandingkan harga di pasar spot," sebut keterangan tertulis NDRC, tanpa menyebut lebih rinci faktor apa yang melatarbelakangi pernyataan itu.

Tidak hanya melakukan penyelidikan, upaya China menekan harga batu bara juga dilakukan dengan menambah pasokan. NDRC menyebut stok batu bara China pada akhir Oktober 2021 naik lebih dari 100 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 12,5 juta ton sudah ada di pembangkit listrik di wilayah China bagian timur laut, yang telah memasuki awal musim dingin.

"Melihat kondisi pengangkutan di jalur kereta api dan pelabuhan, stok batu bara nasional akan semakin bertambah," lanjut keterangan terulis NDRC.

Perkembangan di China sepertinya membuat pelaku pasar ragu. Apakah harga batu bara masih bisa didongkrak naik? Dengan keseriusan China dalam menekan, sepertinya kok agak susah ya...

Oleh karena itu, kontrak batu bara terpapar aksi jual massal (sell-off). Jadi tidak heran harga pun turun drastis.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Kurang 'Vitamin', Harga Batu Bara Diramal Masih Lemah Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular