Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah harga gas alam meroket, banyak negara berburu batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik. Ini membuat permintaan batu bara melonjak dan pasokannya di pasar dunia menyusut.
India adalah salah satu negara yang mengalami krisis pasokan batu bara. India memiliki 135 pembangkit listrik bertenaga batu bara, dan lebih dari separuhnya hanya punya stok untuk kurang dari tiga hari.
 Sumber: Reuters |
Soal mendapatkan batu bara, India kudu bersaing dengan China. Bulan lalu, impor batu bara Negeri Tirai Bambu melonjak 76% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) menjadi 32,88 juta ton.
 Sumber: Reuters |
Sudah kebutuhan tinggi, pasokan batu bara domestik China juga terganggu akibat banjir di sejumlah daerah penghasil. Misalnya di Provinsi Shanxi, penghasil batu bara terbesar di Negeri Panda.
 Sumber: Reuters |
Kelangkaan batu bara membuat pembangkit listrik harus berhemat. Akibatnya China terpaksa menerapkan pemadaman listrik bergilir.
"Sejauh ini pemadaman bergilir belum memukul sektor industri berorientasi ekspor, tetapi risiko itu ada dalam beberapa minggu ke depan. Walau pemerintah sudah menjelaskan bahwa pemadaman bergilir hanya untuk industri yang padat energi seperti pengolahan logam dan kimia, tetapi produksi industri-industri tersebut adalah kunci untuk menunjang rantai pasok," terang Julian Evans-Pritchard, Senior China Economist di Capital Economics, dalam risetnya.
Halaman Selanjutnya --> Indonesia Terancam Krisis Listrik?
Bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia juga terancam krisis energi seperti China dan India?
Batu bara memegang peranan penting dalam sektor kelistrikan nasional. Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, menyebut Pembangkit Listrik Tenaga Uap (yang bertenaga batu bara) menyumbang 50,3% dari total bauran sumber energi listrik Tanah Air.
 Sumber: PT PLN (Persero), Bahana |
Dengan peranan batu bara yang demikian besar, apakah Indonesia juga terancam byar-pet seperti China?
Well, sepertinya belum. Sebab, Indonesia sudah mengamankan pasokan batu bara untuk kebutuhan nasional dengan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO). Kebijakan ini mensyararkan produsen untuk menjual batu bara kepada PT PLN (Persero) sebanyak 25% dengan harga US$ 70/ton.
Namun bukan berarti risiko kelangkaan pasokan batu bara tidak mungkin terjadi. "Stok batu bara di sebagia besar pembangkit listrik disebut kurang dari 10 hari (versus minimal 14 hari). Ini membuat sektor kelistrikan akan menghadapi fase kritis jika tidak bisa mengamankan pasokan batu bara, demikian kata Muhammad Wafid, Direktur di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral," kata Satria dalam risetnya.
Apalagi, lanjut Satria, permintaan listrik nasional terus tumbuh. Pada September 2021, penjualan listrik naik 4,42% yoy. Tiga bulan sebelumnya, pertumbuhan penjualan listrik masih 1,9% yoy.
"Dengan pemulihan ekonomi yang cepat, ada kemungkinan pemerintah akan menerapkan kebijakan untuk mengamankan pasokan listrik. Misalnya penegakan DMO yang lebih tegas, pengetatan izin ekpsor batu bara, dan penegakan hukum terhadap tambang ilegal," jelas Satria.
TIM RISET CNBC INDONESIA