Krisis Batu Bara, Listrik RI Bakal Byar-Pet Kayak China?

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia juga terancam krisis energi seperti China dan India?
Batu bara memegang peranan penting dalam sektor kelistrikan nasional. Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, menyebut Pembangkit Listrik Tenaga Uap (yang bertenaga batu bara) menyumbang 50,3% dari total bauran sumber energi listrik Tanah Air.
![]() |
Dengan peranan batu bara yang demikian besar, apakah Indonesia juga terancam byar-pet seperti China?
Well, sepertinya belum. Sebab, Indonesia sudah mengamankan pasokan batu bara untuk kebutuhan nasional dengan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO). Kebijakan ini mensyararkan produsen untuk menjual batu bara kepada PT PLN (Persero) sebanyak 25% dengan harga US$ 70/ton.
Namun bukan berarti risiko kelangkaan pasokan batu bara tidak mungkin terjadi. "Stok batu bara di sebagia besar pembangkit listrik disebut kurang dari 10 hari (versus minimal 14 hari). Ini membuat sektor kelistrikan akan menghadapi fase kritis jika tidak bisa mengamankan pasokan batu bara, demikian kata Muhammad Wafid, Direktur di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral," kata Satria dalam risetnya.
Apalagi, lanjut Satria, permintaan listrik nasional terus tumbuh. Pada September 2021, penjualan listrik naik 4,42% yoy. Tiga bulan sebelumnya, pertumbuhan penjualan listrik masih 1,9% yoy.
"Dengan pemulihan ekonomi yang cepat, ada kemungkinan pemerintah akan menerapkan kebijakan untuk mengamankan pasokan listrik. Misalnya penegakan DMO yang lebih tegas, pengetatan izin ekpsor batu bara, dan penegakan hukum terhadap tambang ilegal," jelas Satria.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)