Tiada Lagi PPKM Darurat, Manufaktur RI Melesat!

News - Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 October 2021 07:52
Presiden Joko Widodo saat meresmikan Pabrik Esemka di Boyolali, Jumat (6/9/2019). (Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden) Foto: Presiden Joko Widodo saat meresmikan Pabrik Esemka di Boyolali, Jumat (6/9/2019). (Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur Indonesia kembali ekspansif pada September 2021. Tidak ada lagi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM) ketat membuat kegiatan industri pengolahan bersemi lagi.

Aktivitas manufaktur, yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI), berada di 52,2 pada September 2021. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 43,7.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau sudah di atas 50, maka artinya industriawan sedang dalam fase ekspansi.

"Pelonggaran PPKM di berbagai wilayah di Indonesia sering perlambatan laju penularan virus corona memungkinkan sektor kembali tumbuh. Baik produksi maupun pemesanan baru (new orders) kembali naik setelah dua bulan beruntun turun cukup drastis," sebut keterangan tertulis IHS Markit, Jumat (0/1/2021).

Dunia usaha yang terlibat dalam survei mengaku permintaan sudah meningkat karena membaiknya situasi pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Mobilitas yang sudah semakin longgar mendukung peningkatan aktivitas masyarakat.

Akan tetapi, di pasar tenaga kerja masih ada masalah. Dampak PPKM Darurat masih terasa sehingga karyawan yang dirumahkan atau bahkan divonis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) belum bisa kembali mendapatkan pekerjaan. Sedihnya, ini tetap terjadi meski beban kerja meningkat karena kenaikan permintaan pada September.

"Meski ada perbaikan, penciptaan lapangan kerja masih lemah di sektor manufaktur. Optimisme dunia usaha bahkan menurun pada September walau situasi sudah jauh membaik. Perlu dilihat kembali apakah peningkatan permintaan berbanding lurus dengan keyakinan dunia usaha.

"Ada hal yang masih perlu mendapatkan perhatian yakni keketatan pasokan dan tekanan kenaikan harga. Ini tidak hanya dialami Indonesia tetapi juga di negara-negara lain," papar Jingyi Pan, Economics Associate Director IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Artikel Selanjutnya

Manufaktur Indonesia Masih Bergairah, Cuma...


(aji/aji)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading