Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini tepat sepekan perpanjangan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Terlihat bahwa Indonesia kian mampu mengendalikan laju pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Pada 20 September 2021, tepat sepekan lalu, pemerintah mengumumkan PPKM dilanjutkan lagi. Namun ada yang berbeda. Sebelumnya PPKM dievaluasi setiap seminggu sekali, tetapi kini menjadi lebih panjang jadi dua minggu sekali.
"Dalam Ratas (Rapat Tebratas) diputuskan tidak ada perubahan kebijakan PPKM level, dan dilakukan sampai dua minggu ke depan," kata Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kematiman dan Investasi, minggu lalu.
Pemerintah yang semakin tenang mencerminkan bahwa pandemi kian terkendali. Melihat data yang ada, memang demikian adanya.
Kementerian Kesehatan melaporkan, kemarin terdapat tambahan pasien positif corona sebanyak 1.760 orang. Ini adalah kasus harian terendah sejak 3 Agustus tahun lalu.
Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien positif baru bertambah 2.464 orang per hari. Turun lumayan jauh dibandingkan rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 3.322 orang setiap harinya.
Sementara jumlah pasien sembuh terus bertambah melebihi kasus baru. Dalam seminggu terakhir, rata-rata pasien sembuh bertambah 5.380 orang saban harinya.
Perkembangan ini membuat angka kasus aktif semakin berkurang. Per kemarin, total kasus aktif berjumlah 42.769 orang, terendah sejak 1 September 2020.
 Sumber: Worldometer |
Kasus aktif adalah pasien yang masih menjalani perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun secara mandiri. Data ini menjadi penting karena menggambarkan seberapa berat beban yang ditanggung sistem kesehatan suatu negara.
Kini, beban itu sudah semakin ringan. Rumah sakit tidak lagi penuh, oksigen medis tidak lagi langka, harga obat-obatan pun kembali normal.
Halaman Selanjutnya --> Ini Bukti Lain Pandemi Makin Terkendali
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), salah satu indikator untuk bisa menyebut pandemi terkendali adalah rasio temuan kasus positif terhadap jumlah tes (positivity rate) yang rendah. Ambang batasnya ada di 5%.
Per 26 September 2021, terdapat 217.084 spesimen yang diperiksa dan ditemukan spesimen positif sebanyak 2.850. Ini membuat positivity rate menjadi 1,31%, jauh lebih rendah ketimbang ambang batas yang ditetapkan WHO dan menjadi yang terendah sejak virus corona mewabah di Indonesia.
Satu lagi data yang melegakan adalah tingkat reproduksi efektif (Rt) virus corona. Jika Rt masih lebih dari satu, artinya seorang pasien positif corona masih bisa menulari orang lain.
Mengutip catatan Bonza per 27 September 2021 pukul 08:26 WIB, Rt di seluruh provinsi di Tanah Air sudah di bawah satu. Artinya, rantai penularan sudah terputus, pandemi kian terkendali.
 Sumber: Bonza |
Halaman Selanjutnya --> Waspada Ancaman Gelombang III
Namun apakah semua memang sudah baik-baik saja? Apakah rakyat Indonesia sudah bisa hidup normal seperti dulu lagi?
Sayangnya, mungkin masih terlalu awal untuk menyatakan kemengangan melawan virus corona. Pandemi belum berakhir, bisa mengganas kapan saja jika kita tidak waspada.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memberi wanti-wanti bahwa Indonesia harus bersiap menghadapi risiko serangan virus corona gelombang III. Kemunculan virus corona varian Mu membuat risiko tersebut tidak bisa dikesampingkan.
Seperti flu, virus corona akan lebih mudah menular ketika terjadi peningkatan intensitas kontak dan interaksi antar-manusia. Inilah yang sedang terjadi, sehingga memunculkan risiko penularan.
Mengutip laporan Covid-19 Community Mobility Report keluaran Google, rata-rata kunjungan masyarakat Indonesia ke tempat perbelanjaan ritel dan rekreasi selama tujuh hari pada 15-21 September adalah 1,86% di bawah normal. Lebih padat ketimbang rerata tujuh hari terakhir yakni 3,57% di bawah hari biasa sebelum pandemi.
Data lain yang menunjukkan peningkatan mobilitas masyarakat Ibu Pertiwi adalah Apple Moblity Index. Dalam tujuh hari selama 19-25 September 2021, rata-rata indeks mobilitas dengan mengemudi adalah 124,14 setiap harinya. Lebih tinggi ketimbang rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 118,93 per hari.
Indeks di atas 100 menunjukkan mobilitas berada di atas situasi sebelum pandemi. Jika Anda tinggal di Jakarta atau kota-kota besar lainnya, maka kemacetan yang mulai kembali menjadi pemandangan sehari-hari menunjukkan hal tersebut. Seakan kondisi sudah normal seperti dulu lagi...
Pada akhirnya, pandemi terkendali atau tidak akan ditentukan oleh kedisiplinan seluruh pihak, termasuk masyarakat. Menjaga protokol kesehatan adalah syarat mutlak agar virus corona tidak kembali 'menggila'.
Untuk saat ini, kala pandemi belum berakhir, ada baiknya kita semua menjaga diri. Andai tidak ada keperluan mendesak, sebaiknya tetap #dirumahaja.
Jangan sampai kita terlarut dalam euforia dan kemudian abai terhadap protokol kesehatan. Sebab kalau sampai pandemi kembali ganas, maka pemerintah tentu akan memperketat PPKM seperti awal Juli 2021 lalu. Kebijakan ini efektif dalam pengendalian pandemi, tetapi melumpuhkan sendi sosial-ekonomi.
TIM RISET CNBC INDONESIA