Awas Gelombang 3 Covid RI Kian Dekat, Ini Prediksi Terbaru

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
26 September 2021 12:21
Suasana penumpang kereta api Sawunggalih yang baru saja tiba di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Rabu (19/5/2021). Berakhirnya masa larangan mudik oleh pemerintah sejak Senin (17/5/2021), Stasiun Pasar Senen mulai dipenuhi pemudik arus balik dengan keberangkatan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pantauan CNBC Indonesia pukul 15.00 WIB, suasana di area Stasiun Pasar Senen cukup ramai. Banyak penumpang yang berada di sekitar area stasiun. Suasana tersebut sama saat sebelum memasuki masa larangan mudik 6-17 Mei 2021. Di mana, para penumpang yang hendak memakai kereta api jarak jauh (KAJJ) terpantau ramai sehingga menyebabkan antrean tes GeNose di Stasiun Pasar Senen. Data penumpang tiba per Rabu 19/5 yaitu Kereta Api: 21, Penumpang 8.276.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Suasana penumpang kereta api Sawunggalih yang baru saja tiba di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Rabu (19/5/2021). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat mengalami gelombang dua, Indonesia juga dihantui terjadi gelombang tiga Covid-19. Pakar Epidemiologi Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman menyebut posisi Indonesia sekarang tidak jauh dengan negara ASEAN lain yang mengalami peningkatan kasus.

"Masalahnya kapasitas testing, ini yang membuat kenapa kebangkitan potensi kasus akan besar karena terbatas 3T karena kita masih belum dibandingkan Singapura kita masih di bawah 50% cakupan dua kali. Jelas bahwa potensi peningkatan akan terjadi," kata Dicky, kepada CNBC Indonesia, Minggu (26/9/2021).

Dia menyebut agak sulit untuk memprediksi kapan gelombang tiga terjadi. Kemungkinan di Desember bisa saja terjadi karena saat itu akan ada mobilitas masyarakat yang libur.

Namun mobilitas itu terjadi saat vaksinasi belum lengkap, upaya 3T belum memadai, dan melonggarnya protokol kesehatan 5M yang terjadi di daerah. Ini dilakukan di tengah fenomena 'balas dendam' karena adanya kebebasan.

"Di tengah ada fenomena balas dendam kebebasan ini. Nah itu yang akan menyebabkan potensi lonjakan bahkan gelombang ketiga," ungkapnya.

Dicky berpendapat sebaiknya memperkuat respon soal PPKM. Hal ini bisa belajar dari Norwegia yang menahan pembatasan level satu hingga hampir setengah tahun.

"Ingat Norwegian baru level 1 dia melonggarkan, tapi dia nunggu hampir setengah tahun. Hampir setengah tahun menunggu level 2 ke level 1," jelasnya.

"Ini pelajaran penting untuk memastikan semua aspek. Nah kita cenderung kalau baik ada kabar baik lebih banyak longgar ketika buruk menjadi ketat. Ini yang menjadi potensi kelemahan sehingga kita bisa menjadi mengalami situasi yang buruk lagi."

Sebelumnya Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Plate mengatakan ada potensi gelombang ketiga Covid-19. Ini karena mobilitas masyarakat yang meningkat diiringi dengan abainya protokol kesehatan dan bukan hanya varian baru saja.

"Untuk itu, kita perlu bersama-sama mengantisipasi lonjakan kasus Covid. Penerapan protokol kesehatan harus selalu diterapkan untuk menghindari lonjakan kasus," kata dia.

Mengutip data Kementerian Kesehatan, dia mengatakan sejak 2 Agustus terdapat peningkatan mobilitas di wilayah Jawa-Bali secara signifikan. Sesuai juga dengan laporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dirilis 15 September 2021, dengan empat wilayah mobilitas tinggi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten.

"Peningkatan mobilitas yang saat ini bahkan sudah menyamai kondisi sebelum pandemi, harus menjadi perhatian bersama. Kita semua harus selalu waspada dan tidak lengah dalam menerapkan protokol kesehatan, agar peningkatan mobilitas masyarakat bisa terus sejalan dengan upaya penanganan pandemi Covid-19," jelas Johnny.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ditemukan Varian Lokal Covid RI, Lebih Menular dari Omicron?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular