Kebut Vaksinasi Covid di RI, Simak 5 Tips Jitu Guru Besar UI

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
26 September 2021 20:40
Pengunjung mall mengikuti vaksinasi Pfizer dari Puskesmas Kecamatan Cilandak di Mall Cilandak Town square, Jakarta, Selasa, 31/8.  Puskesmas Kecamatan Cilandak menggelar program vaksinasi tersebut untuk masyarakat umum. Proses penyuntikan vaksin mulai pukul 08.00 WIB hingga kuota habis sebanyak 500 orang. Informasi pendaftaran vaksinasi itu didapat dari unggahan di akun Instagram @puskesmaskecamatancilandak, pada Rabu, 25 Agustus 2021. Khusus untuk vaksin hari ini, Kamis, 26 Agustus 2021, pendaftaran bisa dilakukan dengan mengakses link https://www.serbuanvaksin24.org. Dalam surat Dinkes DKI juga menjelaskan sejumlah syarat untuk mendapatkan vaksin Pfizer. Diantaranya, dialokasikan untuk masyarakat umum yang belum pernah mendapatkan vaksinasi Covid-19 dosis 1 maupun dosis 2. Kemudian, sasaran juga termasuk bagi ibu hamil, ibu menyusui, masyarakat yang memiliki kondisi immunocomprised seperti autoimun, komorbid berat, penyakit kronis dan gangguan imunologi lainnya.(CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Vaksinasi Covid-19 di Jakarta. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Program vaksinasi Covid-19 terus digenjot pemerintah untuk bisa mencapai herd immunity atau kekebalan komunal.

Guru Besar FKUI Tjandra Yoga Aditama menyebutkan, ada lima hal penting yang bisa dilakukan untuk mendorong percepatan vaksinasi di Indonesia. Mulai dari memastikan ketersediaan vaksin, penguatan distribusi vaksin, memastikan vaksinator yang terlatih hingga kemudahan akses vaksinasi.

Pertama, adalah ketersediaan vaksin. Ia menyebutkan ketersedian vaksin harus dipastikan oleh pemerintah harus tetap ada. Dan ini ia melihat bahwa saat ini ketersedian vaksin cukup memadai oleh langkah diplomasi kesehatan yang dilakukan pemerintah.

"Memang masalahnya ketersedian, kita belum punya vaksin sendiri. Jadi kita tergantung ketersedian negara lain. Jadi untuk itu saya lihat ada diplomasi kesehatan internasional yang luar biasa yang dilakukan pemerintah, Menteri Luar Negeri, Menteri Kesehatan dan bahkan Presiden langsung sehingga mudah-mudahan itu bisa membantu. Tapi diplomasi ini harus terus dilakukan secara ketat," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Minggu (26/9/2021).

Kedua, distribusi. Ia menyampaikan, setelah vaksin tersedia, maka distribusinya juga harus diatur dengan baik. Jangan sampai ada daerah yang tidak bisa melakukan vaksinasi karena stok vaksinnya habis. Sedangkan di daerah lainnya masih tersedia banyak.

"Jadi jangan sampai terdengar juga provinsi A, kabupaten A bilang sudah habis dan di tempat lain masih ada. Jadi pengaturan distribusi ini harus sangat baik. Tapi ini sebetulnya bukan hal yang terlalu pelik karena kita sudah mendistribusikan sejak dulu, misalnya vaksin anak. Jadi sistem ini bisa dipakai dan digalakkan lagi," kata dia.



Ketiga mengenai vaksinator. Ia menyarankan agar pemerintah bisa melakukan pelatihan bagi petugas vaksin agar bisa memberikan pemahaman terhadap warga yang di vaksin.

"Perlu ada vaksinator terlatih dan karena kita melakukan diplomasi kesehatan yang sangat intensif sehingga kita menerima banyak sekali merek vaksin saat ini. Satu sisi bagus karena vaksinnya banyak. Tapi karena jenisnya bermacam-macam maka tentu vaksinatornya perlu diberitahu perbedaan vaksinnya walaupun sama-sama disuntik tapi ada pasti perbedaan satu dan lainnya sehingga perlu pelatihan," jelasnya.

Keempat adalah kemudahan. Ia berharap kemudahan untuk mendapatkan vaksin bisa diberikan. Di mana untuk mendapatkan vaksin aksesnya bisa lebih mudah.

"Saya setuju vaksin dilakukan di gelanggang olahraga, atau di gedung-gedung besar sehingga datang ratusan orang. Tapi kan itu harus menunggu, kalau orang tua capek dan kasian. Oleh karena itu, selain dilakukan di tempat besar, saya usul kalau bisa dilakukan saja di semua puskesmas dan rumah sakit," paparnya.

Terkahir adalah ia meminta untuk menyiapkan langkah mengatasi tantangan vaksinasi bagi warga terpencil dan yang tidak mau di vaksin karena satu dua hal. Ia menilai ini akan terjadi saat vaksinasi mencapai 50%-60%.

"Sekarang memang belum banyak masalah itu, karena sekarang lebih banyak orang mau di vaksin, sekarang juga masih 25%. Nanti kita akan lihat perkembangannya dari waktu ke waktu," tegasnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wamenkes: Anak Bisa Jadi Carrier Covid di Sekolah & di Rumah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular