Manufaktur Indonesia Masih Bergairah, Cuma...

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur Indonesia masih ekspansif pada November 2021. Namun gairah ekspansi itu tidak setinggi bulan sebelumnya.
Pada Rabu (1/12/2021), IHS Markit mengumumkan aktivitas manufaktur Indonesia yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI). Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai titik start. Kalau di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang berada dalam fase ekspansi.
Untuk periode November 2021, skor PMI manufaktur Indonesia ada di 53,9. Masih di atas 50, masih ekspansif. Akan tetapi turun dibandingkan Oktober 2021 yang mencapai 57,2, rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan PMI di Indonesia.
"Sektor manufaktur Indonesia terus pulih dari dampak pandemi Covid-19, sektor ini membukukan ekspansi selama tiga bulan beruntun. Meski permintaan dan produksi melambat dibandingkan Oktober, tetapi tetap tumbuh kuat," sebut keterangan tertulis IHS Markit.
Pembelian bahan baku (input) oleh dunia usaha juga meningkat untuk merespons tambahan produksi. Selain bahan baku, dunia usaha juga merekrut lebih banyak tenaga kerja.
"Produksi terdongkrak oleh peningkatan permintaan. Indeks pemesanan baru (new orders) berada di fase ekspansi selama tiga bulan beruntun. Namun pemesanan luar negeri (foreign demand) masih turun, ini sudah terjadi lima bulan beruntun," lanjut keterangan tersebut.
Jingyi Pan, Economic Associates Director IHS Markit, menambahkan bahwa secara umum sektor manufaktur Indonesia masih tumbuh tinggi seiring pemulihan dari serangan virus corona varian delta pada tengah tahun ini. Dunia usaha terus meningkatkan produksi dan serapan tenaga kerja.
Akan tetapi, lanjut Pan, ada masalah baru yaitu ketersendatan pasokan alias supply constraints. Tingginya permintaan belum bisa diimbangi oleh produksi, terutama untuk pasokan bahan baku. Sisi distribusi juga tersendat, karena ternyata kontainer yang beroperasi belum cukup untuk melayani permintaan yang tinggi.
"Supply constraints masih mempengaruhi negara-negara Asia Tenggara. Dunia usaha membutuhkan waktu lama untuk produksi dan menyebabkan tekanan harga. Akan tetapi, dunia usaha mengakui bahwa tekanan ini mulai mereda dan semoga menjadi sinyal positif pada akhir tahun," terang Pan.
Tiada Lagi PPKM Darurat, Manufaktur RI Melesat!
(aji/aji)