
Covid-19 Makin Terkendali, Akankah PPKM Diperpanjang Lagi?

Oleh karena itu, jika pertimbangannya adalah aspek kesehatan dan keselamatan nyawa rakyat Indonesia, maka ada baiknya PPKM dilanjutkan kembali. Sebab, masih ada risiko yang membuat kasus positif bisa melonjak lagi yaitu kenaikan mobilitas masyarakat. Risiko ini bisa ditekan melalui PPKM.
Akan tetapi, tentu ada perkembangan lain yang tidak bisa dikesampingkan yaitu aspek sosial-ekonomi. Berbagai data ekonomi terbaru menunjukkan bahwa PPKM telah memukul urusan terduitan di Ibu Pertiwi.
Misalnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel pada Juni 2021 tumbuh positif. Namun bulan selanjutnya diperkirakan terjadi kontraksi atau pertumbuhan negatif.
Pada Juni 2021, penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) tumbuh 2,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Meski masih tumbuh, tetapi jauh melambat dibandingkan Mei 2021 yang naik 14,7% yoy.
![]() |
Secara bulanan (month-to-month/mtm), IPR bahkan membukukan kontraksi yaitu minus 12,8%. Jauh memburuk dibandingkan Mei 2021 yang tumbuh positif 3,2%.
"Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) mengindikasikan kinerja penjualan eceran terbatas dibandingkan dengan capaian pada bulan sebelumnya. Responden menyampaikan hal tersebut disebabkan menurunnya permintaan masyarakat sejalan dengan kembali normalnya konsumsi masyarakat pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri, khususnya pada Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau," sebut laporan BI.
Untuk Juli 2021, BI memperkirakan penjualan ritel tumbuh -6,2% yoy. Secara bulanan juga terjadi kontraksi yaitu minus 8,3%.
"Responden menyampaikan permintaan untuk kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau diprakirakan masih cukup baik didukung berbagai strategi seperti penjualan secara online/pesan antar yang meningkat seiring dengan kebijakan pembatasan mobilitas. Secara tahunan, penjualan eceran Juli 2021 terkontraksi 6,2% (yoy), terutama pada Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi, Barang Budaya dan Rekreasi, dan Subkelompok Sandang," lanjut keterangan BI.
Jika kemudian Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan ada pelonggaran, maka efeknya memang bagus bagi perekonomian. 'Roda' ekonomi yang macet akan kembali berputar, meski belum dalam kecepatan penuh.
Namun pelonggaran akan memunculkan risiko peningkatan penularan virus corona. Seperti flu, virus corona akan lebih mudah menular ketika terjadi peningkatan kontak dan interaksi antar-manusia.
Memang serba salah. Namun seperti inilah hidup di tengah pandemi. Sebelum pandemi selesai, rasanya tarik-ulur antara aspek kesehatan dan sosial-ekonomi akan terus terjadi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)