Jokowi Pangkas Biaya PCR, Lion Air Cs Ingin Murah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Biaya tes Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk deteksi virus Covid - 19 di Indonesia masih mahal jika dibandingkan negara lain seperti India. Sebagai syarat perjalanan, isu PCR kemahalan ini sedang dicari jalan keluarnya dari pemerintah hingga pengusaha.
Pasalnya di industri penerbangan, syarat perjalanan udara harus melampirkan negatif RT-PCR dengan umur sample 2x24 jam. Walaupun dari aturan penerapan PPKM pada periode 10- 16 Agustus ini aturan naik pesawat sudah diperbolehkan menggunakan antigen.
Dari aspirasi calon penumpang pesawat memang mengharapkan harga yang lebih murah. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perhubungan dan Ketua Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional (INACA) Denon Prawiraatmadja mengatakan mendapat keluhan dari masyarakat soal PCR yang kemahalan.
"Kami mendapat banyak keluhan. Intinya menyatakan harga tes PCR disini masih mahal, bahkan bisa lebih mahal dari harga tiket pesawat. Untuk itu kami berusaha mencari perangkat tes PCR yang harganya mudah dengan kualitas baik, untuk meringankan beban masyarakat yang ingin terbang," kata Denon dalam keterangan resmi, Senin (16/8/2021).
Denon menjelaskan pihaknya saat ini sedang mencari beberapa produsen PCR yang lebih murah seperti India, dan Jepang. Sehingga harga PCR bisa kembali ditekan.
Dari sisi maskapai juga menghendaki hal yang sama. Corporate Communication Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro, menjelaskan untuk harga PCR saat ini memang mendapat keluhan dari calon penumpang, karena rata-rata harga cukup mahal.
"Dari suara calon penumpang, mengharapkan harga yang lebih murah," kata Danang kepada CNBC Indonesia, Senin (16/8/2021).
Lion Air Group menawarkan fasilitas kesehatan dengan voucher terjangkau mulai dari Rp 475 ribu untuk RT - PCR, dan RDT Antigen seharga Rp 70 ribu, untuk mendukung kebutuhan penumpang. Voucher ini didapat dari Kerjasama dengan fasilitas kesehatan dan laboratorium yang terafiliasi dengan Kementerian Kesehatan.
Menurut Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, mengatakan jika harga tes Covid - 19 yang menjadi syarat perjalanan lebih murah, tentu dapat mengurangi beban penumpang pesawat. Sehingga biaya perjalanan transportasi udara bisa semakin efisien.
"Insya Allah bisa," jelasnya, menjawab pertanyaan apakah harga PCR yang murah dapat mendongkrak keterisian pesawat.
Antigen Saja Cukup
Menurut Pengamat Penerbangan Arista Indonesia Aviation Center (AIAC), Arista Atmadjati, mengatakan sebetulnya syarat perjalanan penerbangan ini cukup dengan antigen dan kartu vaksin baik dosis pertama atau penuh. Karena pada teknologi pesawat modern sudah terdapat Hepa (high efficiency particle filter) atau penyaring udara yang kuat.
"Pesawat itu super aman karena ada teknologi Hepa, jadi pakai antigen sama kartu vaksin saja cukup. Cuma ya kurang tahu kenapa harus PCR karena awalnya antigen saja cukup. Saya takutnya ini ya bisnis-bisnisan," katanya kepada CNBC Indonesia.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo ini menginstruksikan kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin agar harga tes PCR di Indonesia pada kisaran Rp 450 ribu - Rp 550 ribu, bahkan kabar terbaru bisa turun jadi Rp 495 ribu.
Menurut Ariesta, harga Rp 450 - Rp 550 itu masih kemahalan. Karena bicara transportasi tidak hanya berdasarkan individu, tapi ada juga penumpang keluarga. Sehingga harga PCR bisa ditekan hingga Rp 200 ribu supaya ekonomis.
"Apalagi kalau cuma terbang di wilayah Jawa dan Bali itu masih mahal. Sedangkan untuk yang trayek jauh seperti Maluku Ambon ya bisa lebih mahal lagi. Seharusnya PCR bisa lebih ekonomis, supaya bisa menciptakan efek domino di industri pariwisata," jelasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Boeing Lion Air Gangguan di Cockpit, Pesawat Return To Base!
(hoi/hoi)