Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia masih jauh dari kata selesai. Semakin banyak rakyat Ibu Pertiwi yang jatuh sakit bahkan meninggal dunia.
Per 28 Juli 2021, Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona di Indonesia adalah 3.287.727 orang. Bertambah 47.791 orang dari hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien baru bertambah 44.120 orang per hari. Lebih tinggi ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yaitu 35.127 orang setiap harinya.
Sementara total pasien meninggal per 28 Juli 2021 adalah 88.659 orang. Bertambah 1.824 orang dari hari sebelumnya.
Kemarin, tambahan pasien baru sebanyak 47.791 orang adalah yang terbanyak ketiga di dunia. Indonesia hanya lebih baik dari Amerika Serikat (AS) yaitu 84.534 orang dan Brasil dengan tambahan 48.443 orang.
Namun dalam hal kasus kematian harian, Indonesia berada d peringkat pertama. Ini tentu sesuatu yang sangat mengkhawatirkan.
Selama 14 hari terakhir, rata-rata 1.389 orang di Indonesia meninggal dunia akibat serangan virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 766 orang saban harinya.
Ingat, kita bicara nyawa. Satu saja kehilangan sudah terlalu banyak. Nyawa tidak hanya deretan angka.
Dari puluhan ribu orang yang tutup usia, jutaan orang berduka. Duka yang tidak bisa terbayar dengan apapun juga.
Halaman Selanjutnya --> Vaksin Bisa Menyelamatkan Nyawa
Anthony 'Tony' Fauci, Penasihat Kesehatan Presiden AS, menyebutkan bahwa gejala berat atau bahkan kematian akibat Covid-19 bisa dihindari dengan vaksin. Vaksin, jika efektif, akan membuat sistem imun tubuh mampu melawan virus corona.
Menurut Fauci, sekitar 99,2% kematian akibat Covid-19 di Negeri Paman Sam akhir-akhir ini dialami oleh mereka yang belum atau tidak divaksin. Situasi tragis yang seharusnya bisa dihindari.
"Kita menghadapi musuh yang luar biasa, dan sekarang kita punya 'senjata' yang sangat-sangat efektif. Ini yang membuat sedih, karena ternyata vaksinasi belum sepenuhnya terlaksana di negeri ini.
"AS beruntung karena kita memiliki vaksin yang cukup untuk diberikan kepada seluruh warga negara. Banyak negara yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan vaksin," papar Fauci dalam wawancara bersama CNBC International.
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, punya pendapat serupa. Menurutnya, vaksin akan bekerja dengan meringankan gejala Covid-19. Selain menyelamatkan nyawa, beban rumah sakit dan tenaga kesehatan bisa berkurang.
"Inggris tidak menimbulkan tekanan pada rumah sakit. Kita hindarkan menimbulkan jumlah dirawat rumah sakit sementara kapasitas rumah sakit terbatas. vaksin bisa memberikan ketahanan, sehingga aktivitas bisa berjalan dan risiko bisa dijaga," jelasnya.
Halaman Selanjutnya --> Vaksinasi di Indonesia Belum Cepat
So, bagaimana perkembangan vaksinasi anti-virus corona di Indonesia? Sayangnya masih belum cukup cepat.
Mengutip catatan Our World in Data, rata-rata tujuh harian vaksinasi di Indonesia per 27 Juli 2021 adalah 732.901 dosis/hari. Pernah rata-rata tujuh harian ini menembus di atas 1 juta dosis/hari. Namun itu hanya bertahan dua hari, setelahnya turun lagi.
Secara nominal, jumlah vaksin yang telah disuntikkan ke lengan rakyat Indonesia memang sudah 63,94 juta dosis. Ini adalah yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN-5.
Namun jangan lupa, Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar di ASEAN-5. Oleh karena itu, porsi vaksin yang sudah diberikan terhadap total populasi masih sedikit.
Per 27 Juli 2021, vaksin yang sudah diberikan per 100 penduduk di Indonesia adalah 23,38 dosis. Masih kalah dari Malaysia (56,83) dan Singapura (124,03).
Oleh karena itu, target menuju kekebalan kolektif (herd immunity) sepertinya butuh waktu. Herd immunity tercapai ketika sebagian besar populasi sudah mendapatkan vaksin dosis penuh (fully vacinated).
Per 27 Juli 2021, baru 6,8% dari total populasi Indonesia yang sudah divaksin dengan dosis penuh. Jauh tertinggal ketimbang Malaysia (18,3%) apalagi Singapura (53,4%).
 Sumber: Our World in Data |
Situasi ini membuat pemerintah maupun masyarakat belum bisa tenang dalam beraktivitas. Masih ada hambatan yaitu kekhawatiran tertular virus corona dan mengalami gejala berat.
"Kecepatan vaksinasi akan sangat menentukan kapan kehidupan masyarakat bisa lebih normal, yang berdampak ke revisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, minimnya vaksinasi ditambah gelombang serangan baru menyebabkan revisi ke bawah," sebut Gita Gopinath, Kepala Ekonom Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan World Economic Outlook edisi Juli 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA