Usai Drama, Kini Pembangkit Blok Rokan Jatuh ke Pangkuan RI

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
07 July 2021 10:35
PLT tandatangan jual beli saham (SPA) dengan Chevron Standard Limited (CSL). (Dok: PLN)
Foto: PLT tandatangan jual beli saham (SPA) dengan Chevron Standard Limited (CSL). (Dok: PLN)

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta kepada PT PLN (Persero) untuk menjaga keandalan listrik di Blok Rokan, Riau. Pasalnya, Blok Rokan adalah salah satu wilayah kerja minyak dan gas bumi (migas) yang strategis.

Produksi minyak nasional sebesar 25% berasal dari Blok Rokan ini. Selain itu, cadangan minyak di blok ini pun menurutnya masih sangat besar. Dengan akuisisi ini, maka PLN akan memanfaatkan pembangkit North Duri Cogeneration (NDC) kapasitas 3x100 MW untuk produksi minyak Blok Rokan.

"Dengan PLN akuisisi 100% saham CSL di MCTN ini, PLN harus pastikan kelangsungan listrik yang andal di wilayah kerja Rokan," pinta Arifin.

Arifin mengatakan keberlangsungan produksi Blok Rokan akan memberikan manfaat yang maksimal untuk negara dan juga memberikan efek berganda bagi daerah sekitar.

Oleh karena itu, perlu pengelolaan yang baik agar manfaat bisa tercapai secara optimal. Wilayah Kerja Rokan yang akan dikelola Pertamina Hulu Rokan mulai 9 Agustus 2021 ini, imbuhnya, butuh listrik 400 mega watt (MW) dan uap sebesar 335 ribu barel steam per hari.

"PLN harus menjamin listrik di wilayah kerja Rokan, sehingga Pertamina bisa menjaga keberlangsungan produksi di Rokan," ujarnya.

Arifin juga meminta agar pembangkit listrik dan uap harus andal dan efisien, bahkan perlu ditingkatkan dengan manfaat interkoneksi dengan Sumatera.

"Kami harapkan dan fasilitas akan dapat menaikkan peran nasional Indonesia dan satu bukti PLN kinerja ekonomis, efisien dan sumur-sumur dengan skala ekonomi lebih baik, ketahanan energi nasional dan kontribusi 1 juta barel," ucapnya.

Blok Rokan sendiri sudah hampir 100 tahun dikelola oleh perusahaan minyak raksasa asal Amerika Serikat. Pada 9 Agustus 2021 mendatang, untuk kali pertama bakal dikelola langsung oleh Indonesia, tepatnya melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pertamina (Persero).

Bila dirunut sejarahnya, awal mula Blok minyak Rokan ini memang ditemukan oleh perusahaan minyak raksasa asal Amerika Serikat bernama Standar California (Standard Oil Company of California/ Socal) pada 1924.

Lalu, ditemukanlah cadangan minyak pertama kali di Ladang Duri pada 1941, lalu dilanjutkan di Ladang Minas pada 1944. Ini menjadikan Indonesia sebagai penghasil minyak mentah terbesar di Asia Tenggara pada saat itu.

Kemudian, pada 1952 produksi minyak pertama tercapai dengan produksi sebesar 15 ribu barel per hari (bph) dari Lapangan Minas. Saat ini sudah dikelola oleh Pasifik Caltex atau Caltex Pacific Oil Company (CPOC). Lalu Caltex berhasil mencatatkan produksi puncak sebesar 1 juta bph minyak pada Mei 1973.

Selanjutnya pada 2001 Caltex menjadi bagian dari ChevronTexaco Corp dan akhirnya pada 2005 ChevronTexaco Corp pun berubah menjadi Chevron Corporation.

Setelah sekitar 97 tahun, kini Blok Rokan akhirnya beralih ke badan usaha milik Indonesia. Jelang pengalihan operasi Blok Rokan kepada Pertamina, Chevron masih membawa Blok Rokan sebagai blok minyak dengan produksi terbesar kedua di Indonesia, setelah Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil Cepu Ltd. Kini produksi minyak di Blok Rokan mencapai rata-rata sekitar 165 ribu barel per hari (bph).

(wia)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular