Internasional

Alamak! Amerika Serikat Diramal Defisit Rp 43 Ribu T

News - Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
02 July 2021 11:55
FILE PHOTO: A U.S. five dollar note is seen in this illustration photo June 1, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo Foto: Foto Ilustrasi mata uang Dolar. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Kantor Anggaran Kongres (Congressional Budget Office/CBO) mengatakan ekonomi Amerika Serikat (AS) pulih lebih cepat dari perkiraan. Namun pemerintah akan melihat defisit lebih dari US$ 3 triliun atau Rp 43.739 triliun (asumsi Rp 14.500/US$) lagi tahun ini.

"Sehubungan dengan ukuran ekonomi, defisit tahun ini diproyeksikan total 13,4% dari produk domestik bruto (PDB), menjadikannya terbesar kedua sejak 1945," kata CBO dalam laporannya pada Kamis (1/7/2021).

Dilansir dari AFP, defisit sedikit lebih rendah dari tahun fiskal 2020, tetapi lebih tinggi dari yang diproyeksikan dalam perkiraan CBO pada Februari. Kenaikan ini berkat program stimulus besar-besaran yang disetujui pada Maret dengan total proyeksi tiga kali lipat kekurangan yang tercatat pada 2019.

Sementara itu, utang federal diproyeksikan meningkat menjadi US$ 23 triliun (Rp 335.433 triliun). Menurut laporan tersebut, ini hampir 103% dari PDB.

Dengan lonjakan permintaan konsumen dan peningkatan lapangan kerja yang cepat di paruh kedua tahun ini, CBO memproyeksikan ekonomi AS akan berkembang sebesar 6,7% pada tahun ini, dua poin persentase lebih tinggi dari laporan Februari. Selain itu, PDB diperkirakan akan tumbuh 5% pada tahun 2022.

Peningkatan ini sebagian besar merupakan hasil dari paket stimulus hampir US$ 4 triliun (Rp 58.336 triliun) yang diberlakukan pada Maret. Ini bertujuan membantu individu dan bisnis karena pembatasan pandemi.

Namun, rata-rata pertumbuhan tahunan diperkirakan akan melambat pada paruh kedua dekade mendatang menjadi di bawah rata-rata 1,6%. "Terutama karena angkatan kerja diperkirakan tumbuh lebih lambat daripada di masa lalu," kata CBO.

Populasi AS yang menua mengurangi jumlah pekerja yang tersedia. Para ekonom menunjukkan tanda-tanda bahwa pensiun telah dipercepat selama pandemi.

Tetapi menurut perkiraan CBO pekerjaan masih diperkirakan akan melampaui tingkat prapandemi pada pertengahan 2022. Pengangguran akan turun menjadi 4,6% pada akhir tahun dari 5,8% saat ini dan mendekati tingkat sebelum krisis pada 2022.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Bukan China atau Rusia, Ini 'Musuh' Baru AS


(sef/sef)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading