Maaf.. Bukan Ekonomi yang Meroket, Tapi Malah Kasus Covid-19

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
25 June 2021 11:30
Infografis/ Nih ‘Vitamin’ Terbaru dari Jokowi agar RI Menjauh dari Resesi/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Nih ‘Vitamin’ Terbaru dari Jokowi agar RI Menjauh dari Resesi

Jakarta, CNBC Indonesia - Berbagai langkah kebijakan telah ditempuh pemerintah untuk mengeluarkan Indonesia dari jurang resesi. Mulai dari bantuan sosial tunai dan sembako bagi masyarakat miskin hingga insentif bagi pelaku usaha.

Terbaru, kebijakan yang diberikan pemerintah adalah insentif perpajakan bagi sektor otomotif dan properti. Insentif sektor otomotif diberikan untuk pembelian mobil baru dengan diskon PPnBM 100% dan properti untuk pembelian rumah tapak baru diskon PPN 10%.

Insentif di bidang perpajakan seperti PPh pasal 21, PPh 22 impor hingga PPh pasal 25 bahkan diperpanjang pemerintah hingga akhir tahun ini. Sebelumnya hanya berlaku hingga akhir Juni 2021.

Sejalan dengan perbaikan ekonomi, percepatan vaksinasi juga dilakukan pemerintah untuk mendukung pemulihan negeri dari Covid-19. Berbagai langkah ini diharapkan bisa membawa perekonomian di kuartal II-2021 melaju hingga 8% year on year (yoy).

Namun, tampaknya perekonomian yang diramal bisa meroket di kuartal II ini harus pupus. Sebab, tidak didukung dari sisi kesehatan yakni penyelesaian pandemi Covid-19. Penyebaran kasus Covid-19 sejak awal bulan lalu terus mengalami lonjakan dan mencatatkan rekor terbaru setiap harinya.

Sektor kesehatan yang tak mendukung ini sangat mempengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II. Sebab, pengetatan mobilitas kembali harus dilakukan pemerintah. Ini tentu akan menghambat proses pemulihan ekonomi yang sedang berjalan.

Hambatan ini juga diakui oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dalam pemaparan kinerja APBN hingga akhir Mei, ia menyebutkan perekonomian untuk bisa tumbuh 8% tak akan tercapai.

"Bulan lalu proyeksi pada kuartal II adalah 7,1-8,3% dan seiring covid maka proyeksi lebih ke rentang batas bawah atau lebih rendah," ujarnya.

Ekonom CORE Piter Abdullah bahkan memproyeksi perekonomian Indonesia pada kuartal II hanya mampu tumbuh maksimal 4% (yoy). Namun dengan asumsi bahwa PPKM Mikro yang diperkatat pemerintah hanya berlangsung singkat.

"Kalau PPKM berlangsung singkat maka kuartal II masih di kisaran 3%-4%," kata dia.

Sejalan, Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana menjelaskan, untuk kuartal II masih diperkirakan akan tumbuh positif. Namun kuartal selanjutnya yakni III sangat ditentukan oleh kebijakan lanjutan yang akan diambil oleh pemerintah.

Menurutnya, jika pengetatan mobilitas dilakukan seperti tahun lalu maka akan berdampak ke perekonomian di kuartal III yang bisa kembali terkontraksi. Meski demikian, ia memberikan catatan bahwa kontraksinya mungkin tak sedalam tahun lalu.

"Apabila kuartal ketiga ini diperketat lebih dari tahun lalu, terdapat kemungkinan kontraksi. Namun, perlu diingat juga bahwa kondisi masyarakat dan usaha sudah berbeda, sehingga dapat lebih berdaya tahan," tuturnya.

Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia baru saja memecahkan rekor dengan penambahan 20.575 dalam satu hari. Penambahan ini menjadi yang tertinggi sepanjang pandemi terjadi di Indonesia sejak Maret 2020. Saat ini akumulasi kasus positif di Indonesia telah menembus 2,053 juta orang.

Penambahan kasus hingga belasan ribu terjadi beberapa pekan usai libur lebaran dan belum terlihat mereda. Dalam sepekan terakhir 18-24 Juni tecatat penambahan kasus baru di RI bertambah lebih dari 100 ribu kasus atau tepatnya 103.719 kasus.

Artinya dalam sepekan penambahan rata-rata penambahan kasus per hari mencapai hampir 15 ribu atau 14.817 kasus. Angka ini tentunya mengkhawatirkan terutama dengan tingginya keterisian tempat tidur Rumah Sakit di berbagai daerah.

Saat ini tiga provinsi yang penambahan kasusnya mendominasi yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Pada kemarin, penambahan kasus di Jakarta pun memecahkan rekor sebanyak 7.505 kasus, Jawa Barat 3.035, dan Jawa Tengah 4. 384 kasus.


Dalam sepekan terakhir, kasus di Jakarta bertambah 35.647 orang, Jawa Barat bertambah 19.018, dan Jawa Tengah 18.073 kasus. Dari total penambahan ketiga provinsi ini sebanyak 72.738 kasus, artinya 70% kasus nasional didominasi oleh ketiga provinsi ini.

Saat ini ada lima provinsi di RI mencatatkan tingkat keterisian tempat tidur untuk penanganan Covid-19 di atas 80% seiring dengan pesatnya peningkatan kasus. DKI Jakarta menjadi salah satu provinsi tersebut.

Padahal untuk mencegah beban berat fasilitas kesehatan, tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy ratio/BOR) idealnya di bawah 70%. Lima provinsi tersebut adalah DKI Jakarta (90%), Jawa Barat (88%), Banten (87%), Jawa Tengah (85%), dan DI Yogyakarta (85%). Tingginya BOR di lima provinsi di RI ini memberikan kekhawatiran karena kasus baru terus bertambah dan memecahkan rekor.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular