Covid Mengganas, Begini Jadinya Ramalan Ekonomi RI 2021!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
21 June 2021 09:55
Pemakaman Covid-19 di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (18/6/21). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pemakaman Covid-19 di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (18/6/21). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembicaraan mengenai wilayah yang masuk zona merah kembali ramai, seiring meningkatnya kasus positif Covid-19 di tanah air. Sejumlah ekonom memproyeksikan, target pertumbuhan ekonomi pemerintah yang sebesar 4,5% - 5,3% tidak tercapai.

Seperti diketahui, jumlah kota/kabupaten yang masuk zona merah atau zona risiko tinggi Covid-19 bertambah 12 wilayah, sehingga totalnya menjadi 29 kota/kabupaten. Ke-29 kota yang masuk dalam zona merah, beberapa di antaranya merupakan kota-kota besar dalam penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB).

Misalnya saja Jakarta, Palembang, Pekanbaru, Semarang, Bandung, dan sebagainya. Masuknya kota-kota penyumbang PDB RI yang masuk zona merah, tentu perlu menjadi konsentrasi pemerintah agar perekonomian RI tidak lagi melambat.

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat tergantung dari penanganan Covid-19, karena berimbas terhadap mobilitas penduduk dan aktivitas ekonomi.

Apabila kasus penularan Covid-19 terus tinggi, terutama di zona merah yang kemudian dilakukan restriksi aktivitas, maka target pertumbuhan ekonomi pemerintah kemungkinan sulit tercapai.

"Forecast kita full year maksimum di 4,4%. Downside risk 3% sampai 4,4% kalau misalnya worst case scenario, lockdown masif di kota-kota besar penghasil kontribusi ke PDB besar kita, misalnya Jakarta, Bandung, Semarang. Itu kan kota-kota yang punya kontribusi terhadap PDB besar," jelas Andru kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (21/6/2021).

Seiring melonjaknya kasus Covid-19, lima organisasi profesi kesehatan mendesak pemerintah untuk menerapkan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) secara total untuk membendung lonjakan kasus Covid-19.

Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana juga memandang bahwa, peningkatan kasus dan wacana pengetatan kembali akan berimbas terhadap konsumsi domestik. Namun dampaknya tidak akan sedalam seperti yang dilakukan sebelumnya.

Kendati demikian, terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 2021, Wisnu memproyeksikan hanya dapat tercapai pada kisaran 3,4%.

"Hingga saat ini, kami belum merevisi estimasi pertumbuhan ekonomi tahun 2021, yang sejak awal berada pada level 3,4%," jelas Wisnu.

Senior Economist Standard Chartered Aldian Taloputra mengatakan jika PPKM total dilakukan secara keseluruhan, dia menilai dampak negatif ke pertumbuhan ekonomi bisa lebih terjaga.

Pasalnya, kata Aldian protokol kesehatan, program vaksinasi sudah cukup kondusif, tidak seperti di awal pandemi ketika semua negara melakukan pengetatan secara bersamaan. Oleh karena itu, Aldian memproyeksikan target pertumbuhan ekonomi pemerintah untuk keseluruhan tahun 2021 yang sebesar 4,5% bisa tercapai.

"Kita masih melihat pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,5%, tapi tentunya akan tergantung dengan perkembangan virusnya," ujarnya.

Sementara itu, Bank UOB dalam laporannya bertajuk Quarterly Global Outlook 3Q 2021 merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi di beberapa negara Asia, termasuk Indonesia. Revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut seiring dengan merebaknya wabah Covid-19

Secara khusus, pertumbuhan PDB India diturunkan menjadi 8,5% dari 10,5%, PDB Thailand diturunkan menjadi 1,5% dari 3,5%.

"Pertumbuhan PDB Indonesia diturunkan menjadi 3,8% dari 4,0% dan Filipina diturunkan menjadi 5,5% dari 7,0%," tulis laporan UOB tersebut, dikutip Senin (21/6/2021).

Sebagai tambahan informasi, lonjakan penularan kasus Covid-19 pada Minggu (20/6/2021), terdapat penambahan 13.737 kasus Covid-19. Penambahan kasus itu tersebar di 33 provinsi.

Menurut data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, penambahan kasus tertinggi ada di DKI Jakarta dengan 5.582 kasus, disusul Jawa Tengah sebanyak 2.195 kasus dan Jawa Barat dengan 2.009 kasus.

Sementara itu, secara kumulatif, pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh bertambah 6.385 orang, sehingga jumlahnya menjadi 1.792.528 orang. Kemudian, ada penambahan 371 kasus kematian akibat Covid-19. Dengan demikian, pasien Covid-19 meninggal dunia jadi 54.662 orang.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi RI Bisa Pulih Tahun Ini, Asalkan ...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular