Ini Alasan PLTU Batu Bara Masih Jadi Andalan RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara hingga saat ini masih menjadi andalan RI dalam memenuhi kebutuhan energi. Pasalnya, batu bara sejauh ini masih menjadi sumber energi termurah di negara ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua umum Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) Arthur Simatupang.
Menurutnya, harga listrik dari Energi Baru Terbarukan (EBT) saat ini belum bisa menyaingi harga listrik dari PLTU berbasis batu bara.
"Kita tahu EBT belum bisa semurah PLTU sekarang, tapi ke depan akan ke sana," paparnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia belum lama ini.
Selain itu, PLTU masih bisa diandalkan untuk menopang beban dasar karena bersifat stabil, tak terbatas periode atau kondisi tertentu seperti cuaca, alam, dan lainnya. Sementara pembangkit listrik berbasis EBT menurutnya masih memiliki sejumlah keterbatasan, misalnya dari tenaga bayu (angin) dan tenaga surya, yang memiliki ketergantungan pada kondisi tertentu dan secara skala keekonomian masih harus ditingkatkan, serta tak semua titik di Indonesia ideal untuk membangun pembangkit EBT jenis tertentu.
"Kita tahu juga Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) ketika angin sedang tidak kencang, tentunya output dari energi yang dihasilkan turun, begitu juga dengan surya," ujarnya.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) perlu dikombinasikan dengan baterai untuk menghasilkan listrik lebih lama karena di malam hari tentu tidak ada serapan sinar matahari.
"Dengan penurunan atau peningkatan beban puncak, drastis kestabilan ini penting," tuturnya.
Hal senada disampaikan oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia. Menurutnya, kebutuhan listrik ke depan akan terus meningkat dan tentu membutuhkan energi murah, dalam hal ini energi yang paling murah adalah batu bara.
"Industri akan berkembang dan tentu butuhkan energi paling murah dan oleh batu bara," ucapnya.
Selain itu, pasokan batu bara yang melimpah di dalam negeri dan belum dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan dalam negeri juga menjadi salah satu alasannya.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga April 2021, kapasitas PLTU mencapai sebesar 34.668 Mega Watt (MW) atau dengan porsi sebesar 48% dari total pembangkit listrik di tanah air 72.889 MW. Adapun bauran batu bara mencapai 63,52% dari total bauran energi untuk pembangkit listrik nasional.
Sebelumnya, Darmawan Prasodjo, Wakil Direktur Utama PLN, mengatakan produksi listrik RI pada 2060 diperkirakan bisa mencapai 1.800 Tera Watt hours (TWh), melonjak dari saat ini baru sebesar 300 TWh. Artinya, masih ada kekurangan produksi sekitar 1.500 TWh.
Ditambah dengan kapasitas 120 TWh dari proyek pembangkit 35 Giga Watt (GW), maka nantinya masih diperlukan tambahan produksi 1.380 TWh hingga 2060 mendatang.
"Sehingga ada ruang 1.380 TWh untuk penambahan kapasitas pembangkit EBT. Mulai 2020 ke depan, porsi kapasitas PLTU diturunkan," ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (27/05/2021).
[Gambas:Video CNBC]
Waduh, 34 Proyek Pembangkit Listrik RI Macet
(wia)