RI Pensiunkan PLTU, Industri Batu Bara Masuki Era 'Sunset'

News - Anisatul Umah, CNBC Indonesia
07 June 2021 19:00
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo) Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus mendorong pemakaian energi bersih, termasuk di sektor ketenagalistrikan. Demi menekan penggunaan energi kotor, pemerintah bersama PT PLN (Persero) berencana mempensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mulai 2025.

Melihat rencana ini, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengamini jika batu bara sudah memasuki era 'sunset' alias tenggelam.

Namun demikian, dalam masa transisi ini pihaknya meminta adanya dukungan dari pemerintah terhadap industri batu bara, sehingga transisi bisa berjalan baik. Menurutnya, tidak menutup kemungkinan perusahaan batu bara saat ini mendiversifikasikan bisnisnya ke sektor Energi Baru Terbarukan (EBT).

"Industri ini sudah masuk masa sunset ya, namun bagaimana dalam masa transisi ini kami dapat support," paparnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia belum lama ini.

Hendra menyebut, saat ini sudah ada beberapa emiten batu bara yang sudah berinvestasi di sektor EBT. Arah pengembangan perusahaan batu bara menurutnya kini memang menuju ke EBT, tinggal selanjutnya dibutuhkan dukungan dari pemerintah, sehingga membuat pengembangan EBT ini juga bisa menjadi ekonomis.

"Kalau di-support dengan kebijakan tepat, bukan tidak mungkin perusahaan batu bara bisa jadi pionir juga nantinya ke depan dalam industri EBT," jelasnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, pemerintah akan mempensiunkan PLTU tersebut secara "alami" atau sesuai dengan umur pembangkit. Pemerintah, lanjutnya, tidak akan melakukannya secara paksa.

"Kami diminta evaluasi PLTU yang ada dan bagaimana pensiunnya, sudah ada data PLTU yang sudah mendekati umur pensiun, secara nilai aset sudah nol saat berakhir. Sampai saat ini kami ambil opsi pensiun alami, nggak dipaksa pensiun," paparnya saat konferensi pers, Jumat (04/06/2021).

Dia mengatakan, pihaknya telah melakukan simulasi bila RI menargetkan tak ada lagi PLTU saat Indonesia "Emas" di 2045, berapa biaya yang harus dikeluarkan, seperti apa kontrak yang telah ada saat ini.

"Kami juga sudah sedikit melakukan exercise lakukan simulasi, misalkan nih boleh dong punya cita-cita saya ingin saat Indonesia Emas 2045 nggak ada lagi PLTU, misalkan, berapa ongkosnya, angkanya sudah bisa diperkirakan dengan term kontrak," tuturnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

RI Pensiunkan PLTU, Pengusaha Batu Bara Minta Kejelasan


(wia)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading