Myanmar Masih Panas, Pendukung Pro Demokrasi Turun ke Jalan!

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
01 June 2021 18:40
Myanmar (Photo CJ via Twitter/@Myanmar_Now_Eng)
Foto: Myanmar (Photo CJ via Twitter/@Myanmar_Now_Eng)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan di Myanmar masih berlangsung bahkan setelah empat bulan militer menggulingkan pemerintah terpilih. Pada Selasa, sejumlah pendukung pro demokrasi turun ke jalan saat pertempuran antara tentara dan milisi anti junta juga ikut pecah di perbatasan.

Di daerah selatan Myanmar, pengunjuk rasa anti-militer berkumpul di Laung Lone. Gambar aktivitas itu diunggah oleh surat kabar Irrawady di media sosial, dikutip dari Reuters, Selasa (1/6/2021).

Sejumlah pengunjuk rasa berusia muda melakukan protes di distrik Kamayut, Yangon. Foto-foto aksi protes diunggah oleh portal berita Myanmar Now.

Salah satu tulisan yang dibawa oleh pengunjuk rasa bertuliskan 'ini belum berakhir. Giliran kami masih ada'.

Pengunjuk rasa di perkotaan harus jauh lebih gesit untuk menghindari para petugas keamanan. Beberapa kali menggunakan flash mobs atau melakukan protes kecil yang tidak diumumkan.

Selain itu, konflik puluhan tahun antar militer dan tentara etnis minoritas di perbatasan juga pecah setelah kudeta. Milisi etnis bergabung dengan pemerintah sipil bayangan meningkatkan serangan kepada tentara.

Tentara menanggapinya dengan senjata berat dan serangan udara, membuat ribuan orang berlarian.

Rekaman dari ponsel memperlihatkan dari negara bagian Kayah yang berbatasan dengan Thailand, menunjukkan seperti artileri yang ditembakan dari ibu kota Loikaw ke Demoso. Jaraknya sekitar 14,5 kilometer.

Penduduk di Loikaw menyebutkan sekitar 50 peluru ditembakkan pada Senin dan enam tambahan pada hari ini. "Suara artileri memekakkan telinga kami," ungkap seorang penduduk yang meminta dirahasiakan identitasnya.

Dalam unggahan di laman Facebook, milisi aktif di Kayah, Karenni Nationalities Defence Force menyebutkan 80 pasukan telah dibunuh pada hari Senin kemarin. Sementara satu pejuang dan warga sipil menjadi korban.

Laporan itu tidak dapat diverifikasi oleh Reuters. Juru bicara Junta juga tidak menjawab panggilan untuk diminta berkomentar.

Laporan PBB menyebutkan sekitar 37 ribu orang harus mengungsi dalam beberapa minggu terakhir akibat pertempuran di Kayah. Banyak dari mereka akhirnya memutuskan pergi ke hutan dan membutuhkan makanan serta obat-obatan.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat! Negara Tetangga RI Ini Terancam Perang Saudara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular