
RI Mau Buat Teknologi Fast Charging Mobil Listrik Cuma Sejam!

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah Indonesia memiliki ambisi untuk membuat teknologi kendaraan listrik yang dengan baterai bisa diisi (charge) penuh hanya dalam kurun waktu 1-2 jam.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza dalam Energy Corner CNBC Indonesia yang mengambil tema "Mobil Listrik di Hilir EBT", Senin (24/5/2021).
"Kelemahan untuk baterai EV (electric vehicle/kendaraan listrik), salah satunya waktu charging yang lama. Ini challenge kita, bagaimana menciptakan baterai yang bisa diisi penuh 1-2 jam," ujar Hammam.
Menurutnya, teknologi yang ada sekarang baru bisa mengisi penuh mobil dan motor listrik dengan kurun waktu 3-4 jam dalam mode pengisian cepat (fast charging). "Sehingga fast charging ini belum selesai untuk alih teknologi," ujarnya.
Menurutnya, BPPT selama tiga tahun membangun prototipe untuk Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang diharapkan bisa menjadi best practice untuk diterapkan di Indonesia.
"Memang butuh konsistensi dan komitmen untuk alih teknologi," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama Indonesia Battery Corporation (IBC), konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pengembangan baterai kendaraan listrik, menargetkan pembangunan smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang menghasilkan salah satu komponen baterai dimulai pada 2022.
Agus Tjahajana Wirakusumah, Ketua Tim Percepatan Baterai Kendaraan Listrik, mengatakan saat ini pihaknya masih berkomunikasi dengan calon mitra, dan pada penghujung tahun ini ditargetkan bisa mulai melakukan uji kelayakan (feasibility study/ FS). Kemudian pada tahun depan ditargetkan desain teknis tuntas, sehingga bisa mulai membangun pabrik HPAL.
"Pabrik HPAL diharapkan bisa selesai dua tahun, akhir 2024 sudah terealisasi, sehingga kita bisa dapatkan komponen untuk proses selanjutnya, precursor dan katoda baterai," ungkapnya.
Agus melanjutkan, sampai 2030 ditargetkan IBC akan membangun 30 Giga Watt hours (GWh) baterai. Selanjutnya, akan dibangun pabrik baterai hingga berkapasitas 140 ribu GWh.
"Kapasitas akan ada secara bertahap, karena pasar belum besar. Realitanya kita harus bertahap. Sampai 2030 nanti kita akan membangun 30 Giga Watt hours, selanjutnya kita akan bangun 140 ribu Giga Watt hours seiring dengan berkembangnya pasar dalam negeri maupun luar," tuturnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Industri Mobil Listrik RI, Jangan Lupakan Isu Limbah Baterai!