
Bergelimpangan, Hotel Bandung-Jogja-Surabaya Diobral & Tutup!

Okupansi hotel-hotel selama libur lebaran di Jawa Barat sangat menyedihkan. Di Bandung misalnya, tingkat okupansi jauh dibanding waktu lebaran sebelum ada pandemi.
"Di bawah satu digit, kota Bandung paling rendah (di Jawa Barat), sekitar 7-8%. Padahal waktu lebaran normal bisa sampai 65%," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat Herman Muchtar.
Penyebab anjloknya okupansi karena adanya larangan mudik di tahun ini. Impaknya, masyarakat tidak ditinggalkan asisten rumah tangga (ART) untuk pergi ke kampung halaman.
"Kota Bandung itu biasanya pengusaha-pengusaha menengah ke atas yang pembantunya pulang ke kampung masing-masing, mereka menginap di hotel selama bulan puasa, ini nggak terjadi karena pembantunya nggak pulang," sebut Herman.
Selain itu, penyebab anjlok okupansi kamar di Bandung karena adanya larangan melakukan perjalanan aglomerasi atau antar kota dalam satu wilayah berdekatan. Kalaupun diizinkan maka hanya untuk perjalanan dinas, bukan untuk mudik maupun liburan. Padahal, hotel Bandung banyak mengandalkan wisatawan dari luar daerah seperti Jabodetabek.
"Paling parah itu karena larangan melakukan perjalanan melintasi kota, misalnya Jakarta nggak boleh ke Bandung. Dengan pembatasan perjalanan ini berdampak ke minusnya tamu hotel, itu udah pasti," ujarnya.
Akhinya hotel banyak diobral bahkan sampai tutup total, Herman mengakui banyak laporan dari para anggotanya, terutama di Bandung.
"Saya dengar-dengar saja banyak yang tutup, nggak sedikit, banyak," kata Herman.
Di Jawa Barat juga sama, tidak sedikit hotel yang akhirnya harus menutup usaha. Beberapa hotel berbintang di Bandung seperti di Dago banyak yang diobral. Di situs jual beli online Lamudi misalnya, hotel-hotel di Bandung ditawarkan dari harga Rp 20-an miliar sampai ratusan miliar rupiah.
(hoi/hoi)[Gambas:Video CNBC]