Bergelimpangan, Hotel Bandung-Jogja-Surabaya Diobral & Tutup!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
20 May 2021 08:40
Hotel JW Marriot Surabaya (Tangkapan Layar Website marriott.com)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ke hari hotel-hotel yang dijual di toko online makin bertebaran di toko online, bahkan tak sedikit yang tutup. Di Surabaya ada Fenomena tutupnya hotel bintang 5 Golden Tulip Legacy Surabaya yang harus tutup total saat pandemi.

Ini menjadi salah satu contoh dari ribuan kasus hotel lainnya yang megap-megap. Berdasarkan catatan PHRI Pusat, per Agustus tahun lalu saja ada 1.504 hotel yang harus tutup akibat wabah virus corona. Sebagian masuk ke dalam ketegori tutup sementara, namun kini tidak menutup kemungkinan sudah ada yang masuk ke dalam tutup permanenm, tentu tahun ini makin banyak jumlahnya. Efek hancurnya kunjungan wisatawan kala pandemi memang akarnya dan tingkat jenuhnya jumlah hotel di kota-kota tertentu.

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada Februari 2021 ambrol 86,59% dibanding Februari tahun lalu atau Year to Year (YoY), jumlahnya hanya 117 ribu kunjungan. Hal ini mempengaruhi tingkat okupansi hotel di berbagai daerah, utamanya hotel dengan kelas berbintang.

"Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia bulan Februari 2021 mencapai rata-rata 32,40% atau turun 16,82 poin dibandingkan dengan TPK bulan yang sama tahun 2020 yang tercatat sebesar 49,22%," ungkap laporan Badan Pusat Statistik (BPS).

Provinsi Bali masih tercatat sebagai provinsi dengan persentase TPK terendah, yaitu sebesar 8,99%. Bali juga tercatat menjadi provinsi dengan penurunan poin TPK terbesar dengan 36,99 poin, diikuti oleh Provinsi Sulawesi Barat sebesar 29,78 poin, dan Provinsi DI Yogyakarta sebesar 29,45 poin.

Berikut kondisi bisnis hotel di berbagai kota, yang mengalami kondisi parah, hingga ada tren jual obral hotel bahkan ada yang tutup operasi:

Banyak hotel-hotel di Surabaya dijual di situs jual beli online oleh para pemiliknya. Harganya beragam, mulai dari Rp 6 miliar hingga triliunan rupiah.

Fenomena ini terjadi sejak pandemi hingga saat ini di berbagai kota Indonesia selain Surabaya. Bahkan ada pemilik hotel yang akhirnya memilih tutup total usahanya karena pukulan berat pandemi. Di Surabaya ada hotel bintang 5 Golden Tulip Legacy sudah dinyatakan tutup oleh asosiasi hotel yang menaunginya.

"Itu sebetulnya urusan intern, tapi sejak Desember 2020 atau awal 2021 sudah melaporkan (tutup)," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Jawa Timur (PHRI Jatim) Dwi Cahyono kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (19/5/21).

Penawaran hotel dijual murah alias diobral memang sering menghiasi jagat toko online. Di situs jual beli properti Lamudi misalnya, dijual sebuah hotel di kawasan Keputih dengan harga Rp 6 miliar, terdiri dari 4 lantai dengan 25 kamar tidur. Namun statusnya sebagai Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB).

Ada juga hotel bintang 3 di kawasan Jemursari, Surabaya Selatan yang dibanderol Rp 65 miliar. Hotel ini mencakup 74 kamar full furnish serta 4 ruang multifunction, luas tanahnya 905 m2, luas bangunan 3.085 m2 serta dibangun dengan 6 lantai. Sang pihak penjual mengklaim hotelnya punya tingkat okupansi sebanyak 65-70% per tahun.

Hotel-hotel di daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) termasuk yang parah kena dampak pandemi. Jumlah hotel yang gulung tikar dari hari ke hari kian bertambah, tak heran banyak yang diobral.

"Ada beberapa unit usaha yang mulai tutup. Kemarin data kita 30, sekarang sudah meningkat jadi 50 di DIY per hari ini hotel dan resto yang tutup, ini hanya data yang masuk sebagai anggota PHRI DIY, jumlahnya 300-an. Kalau di luar PHRI, bisa dua kali lipat, ratusan," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranawa Eryana beberapa waktu lalu.

Dari penelusuran CNBC Indonesia, ada hotel bintang 3 di Jl Taman Siswa Yogyakarta yang dijual dengan harga penawaran Rp. 60 miliar. Luas Tanah hotel ini 4.000 m2 dan Luas Bangunan : 1.500 m2 serta Jumlah Kamar sebanyak 45 kamar.

Kemudian ada juga penawaran hotel di hotel di Kabupaten Sleman dengan luas tanah 562 m2 serta luas bangunan 780 m2 dengan jumlah kamar 19. Fasilitasnya dengan seluruh furniture, elektronik dan kamar mandi dalam di setiap kamar + waterheater. Harga hotel ini di angka Rp 9,4 miliar.

Secara fundamental ternyata perhotelan di Jogja sudah mengalami titik jenuh, alias tak seimbang antara supply dan demand saat sebelum ada pandemi.

"Jogja suplai kamar banyak yang sudah oversupply. Di lain pihak, kondisi tamunya seperti ini (sepi karena pandemi), Jadi orang yang akan pergi ke luar kota untuk hal-hal nggak utama mereka akan kurangi," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani.

Ketika masyarakat enggan untuk bepergian, maka sulit bagi industri pariwisata untuk tetap hidup. Hotel-hotel di Jogja lebih banyak yang kosong dibanding yang terisi.

"Banyak okupansi di Jogja yang di bawah 20%, jadi sulit. Mereka kondisinya kalau beroperasi berat, jadi banyak yang menghentikan operasinya," sebut Hariyadi.

Okupansi hotel-hotel selama libur lebaran di Jawa Barat sangat menyedihkan. Di Bandung misalnya, tingkat okupansi jauh dibanding waktu lebaran sebelum ada pandemi.

"Di bawah satu digit, kota Bandung paling rendah (di Jawa Barat), sekitar 7-8%. Padahal waktu lebaran normal bisa sampai 65%," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat Herman Muchtar.

Penyebab anjloknya okupansi karena adanya larangan mudik di tahun ini. Impaknya, masyarakat tidak ditinggalkan asisten rumah tangga (ART) untuk pergi ke kampung halaman.

"Kota Bandung itu biasanya pengusaha-pengusaha menengah ke atas yang pembantunya pulang ke kampung masing-masing, mereka menginap di hotel selama bulan puasa, ini nggak terjadi karena pembantunya nggak pulang," sebut Herman.

Selain itu, penyebab anjlok okupansi kamar di Bandung karena adanya larangan melakukan perjalanan aglomerasi atau antar kota dalam satu wilayah berdekatan. Kalaupun diizinkan maka hanya untuk perjalanan dinas, bukan untuk mudik maupun liburan. Padahal, hotel Bandung banyak mengandalkan wisatawan dari luar daerah seperti Jabodetabek.

"Paling parah itu karena larangan melakukan perjalanan melintasi kota, misalnya Jakarta nggak boleh ke Bandung. Dengan pembatasan perjalanan ini berdampak ke minusnya tamu hotel, itu udah pasti," ujarnya.

Akhinya hotel banyak diobral bahkan sampai tutup total, Herman mengakui banyak laporan dari para anggotanya, terutama di Bandung.

"Saya dengar-dengar saja banyak yang tutup, nggak sedikit, banyak," kata Herman.

Di Jawa Barat juga sama, tidak sedikit hotel yang akhirnya harus menutup usaha. Beberapa hotel berbintang di Bandung seperti di Dago banyak yang diobral. Di situs jual beli online Lamudi misalnya, hotel-hotel di Bandung ditawarkan dari harga Rp 20-an miliar sampai ratusan miliar rupiah.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular