Miris! Bisnis Bus Pariwisata Sudah Mendekati Kematian

Sandi Ferry, CNBC Indonesia
20 April 2021 10:30
Calon penumpang menunggu bus di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Timur, Kamis, 30/7. Pemerintah tidak melarang mudik pada periode hari raya Idul Adha tahun ini. Terminal Kampung Rambutan pun mulai dipadati warga yang akan pulang ke kampung. Momen mudik Idul Adha 2020 berlangsung setelah pemerintah menghapus kewajiban melampirkan Surat Izin Keluar Masuk (SIKM). Kendati begitu, penyedia jasa bus AKAP tetap tak mau gegabah dan tetap memprioritaskan kesehatan. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melakukan sejumlah antisipasi menjelang Hari Raya Idul Adha 1441 H. Antisipasi dilakukan mengingat perayaan Hari Raya Idul Adha jatuh pada Jumat (31/7/2020), yang berarti akan ada libur panjang akhir pekan (long weekend). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Penumpang Bus Kp. Rambutan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang mudik justru terjadi anomali dimana sektor yang biasanya menjadi unggulan mendapat omset besar kini terancam bangkrut secara perlahan, salah satunya sektor transportasi.

Banyak pengusaha yang terpaksa gulung tikar, bahkan sudah harus menyerahkan unit kendaraannya kepada perusahaan pembiayaan atau leasing. Masalahnya tentu karena sudah tidak sanggup lagi membayar cicilan.

"Hari ini, terutama operator tidak dalam trayek atau pariwisata sudah ada beberapa yang sudah menjelang kolaps. Di Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI, sudah banyak yang ditarik unitnya, sudah ada di lelang," Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), Kurnia Lesani Adnan kepada CNBC Indonesia, Senin (19/4/21).

Ketika perusahaan bus sudah tidak sanggup lagi membayar kewajibannya pada unit, maka penarikan kendaraan sudah tidak bisa terhindarkan. "AKAP (antarkota antarprovinsi) juga satu-dua sudah mulai bermasalah sama pembiayaan, eker-ekeran, ini situasi makin nggak nyaman," kata Adnan.

Ia meminta pemerintah bisa dengan cepat menanganinya, mulai dari penanganan pada karyawan hingga bisnis perusahaan secara keseluruhan. Sabtu lalu sudah ada diskusi dengan Kementerian Perekonomian serta pihak Kementerian Perhubungan.

"Ini sedang didiskusikan apa yang bisa Pemerintah lakukan untuk kami. Pertama BLT karyawan, ini sudah masukan data, secara bisnis perusahaan lagi dipikirkan polanya. Ada beberapa pola supaya saya dan lain pihak jangan sampai berdampak negatif," jelasnya.

Salah satu opsi pengusaha bakal menaikkan tarif bus non ekonomi mulai hari ini (20/4) hingga tanggal 6 Mei 2021 saat larangan mudik berlaku. Kurnia mengklaim langkah ini sebagai upaya meminimalisir kerugian operasional yang sudah menjadi tanggungan selama ini.

"Dari Jakarta ke luar bisa okupansi 100%, ke Jakarta kemungkinan bus ini kosong. Kenaikan tarif dari sisi bisnis nggak berdampak langsung ke cashflow perusahaan, tapi untuk menutupi biaya operasional yang balik kosong tadi," kata Sani.

Kenaikan tarif akan mulai berlangsung besok hingga tanggal 6 Mei 2021, cakupan besaran kenaikan 20-50% tergantung jarak kota yang dituju.

"Kami monitor dari reservasi mulai tanggal 20 April naik, sudah ada peningkatan pelan-pelan sampai menjelang tanggal 6 Mei. Jadi ini dasar kami menaikkan tarif, itu pun pelan-pelan. Mulai dari tanggal 25 April, makin dekat dekat makin tinggi menyesuaikan," sebutnya.

Ia mengungkapkan bahwa arus penumpang selama bulan puasa kali ini sangat landai, load factor turun mencapai 40%. Namun, mendekati waktu larangan mudik, makin banyak masyarakat yang berminat untuk pulang kampung.

"(Peak season) akhir April menjelang awal Mei. Kalau kami estimasi dan dari call center reservasi tiket banyak masyarakat yang masih menanyakan di tanggal 30 April - 5 Mei, ini yang kelihatannya akan terjadi di pergerakan di tanggal-tanggal itu," katanya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menhub Sebut Mudik 2021 Tak Dilarang, Pengusaha Bus Girang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular