
Penjualan Mobil Ngacir, Bos Otomotif Mulai Semangat Jualan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Para agen pemegang merek (APM) mobil mulai semangat dengan menggeliatnya permintaan mobil jelang lebaran 2021. Mereka meyakini larangan mudik tak berdampak pada penjualan jelang lebaran. Apalagi jelang lebaran ada pameran otomotif.
Indonesia International Motor Show (IIMS) 2021 yang digelar hybrid (online dan offline) menjadi ajang otomotif awal yang digelar selama masa pandemi Covid-19. Mulai 15-25 April 2021 mendatang, masyarakat bisa melihat-lihat mobil yang bisa dibawa pulang.
Namun, ada pembatasan dimana tidak setiap saat pengunjung bisa masuk. Agen pemegang merek (APM) tidak berharap begitu banyak bakal menjual begitu banyak unit pada ajang ini.
Direktur Marketing Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra menyebut pihaknya tidak terlalu muluk dalam menargetkan penjualan di ajang ini meski ada relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
"Sayang sekali bagi kami, kontribusi pameran di IIMS kan hanya limited sementara kami berjualan di outlet seluruh Indonesia lebih dari 255 outlet. Jadi satu outlet di IIMS dengan limited period bukan jadi acuan kami untuk menaikkan penjualan. Ikut serta di IIMS lebih karena sumbangsih kami untuk meningkatkan awareness bahwa pemerintah sekarang sangat memperhatikan industri otomotif dan kami ikut program IIMS ini," kata Amelia kepada CNBC Indonesia, Senin (19/4/21).
Selama periode PPnBM di Maret lalu, Ia mengakui bahwa ada peningkatan penjualan mobil. Kenaikan untuk mobil dengan mesin di bawah 1.500 cc mencapai 2x lipat, sementara angka penjualan keseluruhan mencapai 77 ribu unit. Sementara satu bulan sebelumnya atau Februari hanya di angka sekitar 40 ribu kendaraan.
"Total penjualan ritel sales di Maret dibanding Februari naik 65%, sehingga ini merupakan indikasi sangat positif akan impak (relaksasi) PPnBM," kata Amelia.
Ketika relaksasi PPnBM berjalan, ada ajang IIMS yang bertujuan mendorong peningkatan penjualan. Namun, bukan hanya mobil yang masuk ke dalam relaksasi, mobil lain pun yang tidak mendapat pun ikut serta.
APM Mulai Semangat
Amelia Tjandra mengungkapkan bahwa di tahun lalu penjualan mobil pada medio seperti saat ini sempat ambrol jauh.
"Tahun 2018 demand lebaran naik 10%, kemudian 2019 naik 15%, tahun lalu waktu awal Covid-19 lebaran bukan naik tapi turun 60%. Tahun ini kami perkirakan demand lebaran mengangkat pasar bulan April lebih tinggi 10%, jadi mirip di posisi 2018. Tapi belum di posisi 2019 yang naik 15%," katanya, Senin (19/4/21).
Tahun lalu masyarakat masih panik dengan awal kedatangan Covid-19, daya beli masyarakat pun ambruk. Ketika memasuki masa new normal baru daya beli perlahan bisa meningkat.
Amel menilai hal itu menjadi faktor terbesar penjualan bisa meningkat. Saat ini, permintaan terhadap mobil sangat besar, meski ada larangan mudik, namun itu tidak berdampak banyak.
"Larangan mudik hanya temporary, tetapi pembelian mobil karena kebutuhan bukan karena mudik sesaat. Mereka yang membutuhkan kendaraan akan membeli mobil, ada mudik atau tidak ada mudik. Impak ke pasar mobil karena daya beli bukan karena larangan mudik. Pasar mobil trigger terbesar di daya beli, kalau daya beli nggak meningkat pasar mobil sulit berkembang," sebutnya.
Saat ini, ketika ada peningkatan permintaan, Ia mengakui bahwa pabrikan harus bekerja lebih keras untuk memenuhi permintaan pasar. Daihatsu sendiri memiliki perjanjian dengan supplier yang jumlahnya mencapai lebih dari 1.500 bahwa peningkatan lebih dari 20% tidak bisa dipenuhi dalam waktu singkat.
"Ada beberapa produk yang inden tapi tergantung masing-masing brand, Daihatsu stock terbatas dan kondisi ini membuat konsumen Daihatsu harus menunggu sekitar 2 bulan. Daihatsu komit untuk memperbaiki supply dalam merespon kenaikan demand," kata Amelia.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Parah! Penjualan Mobil Februari Jeblok Gegara Pajak 0%