Internasional

AS-Rusia Panas! Biden 'Bombardir' Sanksi, Usir Diplomat Putin

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
16 April 2021 10:07
lustrasi bendera Rusia - Amerika Serikat. AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Rusia kian memanas. Presiden AS Joe Biden memutuskan untuk menjatuhkan beberapa sanksi terhadap Rusia, Kamis (15/4/2021).

Sanksi-sanksi tersebut ditekan dengan perintah eksekutif presiden. Biden secara resmi mengusir 10 diplomat Moskow yang diduga mata-mata di Washington terkait campur tangan pada Pemilu AS November lalu.

Selain pengusiran diplomat, ia juga memberi sanksi ke 32 orang yang dituding mencoba mencampuri pemilu. Tambahan sanksi juga diberikan berupa pembatasan pada bank-bank AS yang memperdagangkan obligasi pemerintah Vladimir Putin.

"Perintah eksekutif Biden mengirimkan sinyal bahwa AS akan mengenakan biaya dengan cara yang strategis dan berdampak secara ekonomi pada Rusia jika itu berlanjut atau meningkatkan tindakan internasionalnya yang tidak stabil," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.

Sanksi AS juga didukung NATO. Departemen Keuangan Uni Eropa, Australia, Inggris dan Kanada juga menjatuhkan saksi ke delapan individu dan entitas atas pendudukan Rusia.

Lalu, yang terjadi?

Halaman 2>>

Berikut sejumlah hal yang memicu sanksi AS:

1. Ada Moskow dalam Pemilu AS

Dewan Intelijen Nasional AS.pada Maret lalu merilis sebuah laporan yang berjudul "Ancaman Asing terhadap Pemilu Federal AS 2020". Dalaml aporan ini, dikabarkan bahwa Rusia mencampuri pemilu AS dengan membantu pemenangan rival yang juga pendahulu Biden, Donald Trump.

Secara khusus, laporan itu mengatakan bahwa Putin "memiliki lingkup kegiatan Adriy Derkach". Ia adalah seorang legislator Ukraina yang memainkan peran penting dalam kegiatan pengaruh pemilu Rusia.

Derkach, yang memiliki hubungan dengan intelijen Rusia, diketahui telah bertemu dengan Rudy Giuliani, pengacara pribadi Presiden AS sebelumnya Donald Trump. Giuliani selama berbulan-bulan mempromosikan tuduhan mendiskreditkan terhadap Biden, dan putranya Hunter Biden.

Lebih lanjut, laporan tersebut mengatakan bahwa badan intelijen Rusia dan orang-orang di Ukraina yang memiliki hubungan menuduh bahwa ada "hubungan korup antara Presiden Biden, keluarganya, dan pejabat AS lainnya dan Ukraina". Dalam sebuah wawancara, Bidan yang ditanyai tentang laporan intelijen itu menjawab dengan mengirimkan sinyal aksi balasan.

"Dia (Putin) akan membayar harganya," kata Biden yang berusia 78 tahun.

2. Biden Sebut Putin "Pembunuh"

Dalam sebuah wawancara dengan ABC News, Biden secara implisit menuduh Putin sebagai dalang dari percobaan pembunuhan terhadap aktivis Rusia yang merupakan pengkritik keras Kremlin, Alexei Navalny. "Saya yakin," kata presiden asal Delaware itu.

Hal ini membuat Putin meradang. Ia memanggil pulang duta besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS) untuk konsultasi dalam menghadapi Biden.

Pemerintah Rusia menekankan bahwa mereka ingin mencegah "kerusakan yang tidak dapat diubah" dalam hubungan. Lebih lanjut, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan kepada RIA Novosti bahwa "tanggung jawab atas penurunan lebih lanjut hubungan Rusia-Amerika sepenuhnya ada pada AS".

Sebelumnya pemerintah Jerman mengatakan bahwa pembangkang Rusia berusia 44 tahun itu diracuni oleh agen saraf kimiawi, menggambarkan laporan toksikologi sebagai "bukti tegas." keterlibatan Rusia karena racun itu merupakan jenis dari Novichok yang pernah dikembangkan oleh Uni Soviet.

3. Rusia vs Ukraina

Keputusan Rusia untuk memobilisasi pasukan dan menggelar latihan militer pada hari Rabu (14/4/2021) di wilayah Krimea mendapatkan kekhawatiran besar dari NATO. Kelomnpok itu meminta agar Moskow menghentikan mobilisasi besar-besaran itu.

Insiden ini menyebabkan milisi pro Rusia bentrok dengan tentara Ukraina, yang memang tengah mencoba menjadi bagian dari negara NATO. Ukraina sendiri meminta bantuan Amerika Serikat (AS) dan sekutu untuk menambah sanksi ke Rusia.

Bahkan dikabarkan bahwadua kapal perang AS akan tiba di wilayah Laut Hitam minggu ini.

Lebih lanjut Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang mengadakan pembicaraan di Brussel dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menjelang konferensi video dari ke-30 sekutu NATO, mengatakan aliansi tersebut akan "membahas tindakan agresif Rusia di dan sekitar Ukraina."

Hingga saat ini, sekutu NATO AS, Uni Eropa, bersama dengan Australia, Inggris dan Kanada juga menjatuhkan sanksi ke delapan individu dan entitas atas pendudukan Rusia di Krimea. Area tersebut awalnya adalah bagian Ukraina namun diduduki Rusia sejak 2011.

"Kami menyerukan kepada Rusia untuk segera menghentikan perilaku destabilisasi, dan untuk menegakkan kewajiban internasionalnya," kata petinggi UE di Brussel.

Halaman 3>>

Moskow pun bereaksi atas sanksi yang dijatuhkan Biden dan sekutunya ini.Dalam pernyataan persnya Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyebut langkah AS sebagai sikap bermusuhan.

Ia mengatakan ini berbahaya dan bisa meningkatkan konfrontasi kedua negara. "Tanggapan terhadap sanksi tidak bisa dihindari," ujarnya Kamis (15/4/2021) sebagaimana dilaporkan AFP.

Zakharova juga mengatakan bahwa kementerian luar negeri Rusia telah memanggil duta besar AS Sullivan ke Moskow. Ia mengatakan keputusan ke depan akan sulit bagi pihak Amerika.

"Washington harus menyadari bahwa ia harus membayar untuk degradasi hubungan bilateral," kata Zakharova. "Tanggung jawab atas apa yang terjadi sepenuhnya terletak pada AS."



Next Page
Alasan Sanksi
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular