Internasional

Putin 'Ngamuk' ke Biden, AS Bombadir Rusia Sanksi!

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
16 April 2021 06:00
Russian President Vladimir Putin attends a cabinet meeting at the Novo-Ogaryovo residence outside Moscow, Russia, Tuesday, Aug. 11, 2020. Putin says that a coronavirus vaccine developed in the country has been registered for use and one of his daughters has already been inoculated. Speaking at a government meeting Tuesday, Aug. 11, 2020, Putin said that the vaccine has proven efficient during tests, offering a lasting immunity from the coronavirus. (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Foto: Vladimir Putin AP/Alexei Nikolsky

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia mengecam keras sanksi yang diberikan Amerika Serikat (AS). Moskow bahkan memperingatkan Washington akan konsekuensi dari langkah yang diambil.

Dalam pernyataan persnya Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyebut langkah AS sebagai sikap bermusuhan. Ia merngatakan ini berbahaya dan bisa meningkatkan konfrontasi kedua negara.

"Tanggapan terhadap sanksi tidak bisa dihindari," ujarnya Kamis (15/4/2021) sebagaimana dilaporkan AFP.

Zakharova juga mengatakan bahwa kementerian luar negeri Rusia telah memanggil duta besar AS Sullivan ke Moskow. Ia mengatakan keputusan ke depan akan sulit bagi pihak Amerika.

"Washington harus menyadari bahwa ia harus membayar untuk degradasi hubungan bilateral," kata Zakharova.

"Tanggung jawab atas apa yang terjadi sepenuhnya terletak pada AS."

AS mengumumkan sanksi ke Rusia. Gedung Putih menyebut ini pembalasan atas campur tangan Kremlin di Pemilu AS 2020, termasuk serangan siber dan sejumlah aktivitas provokatif lain.

Washington mengusir 10 diplomat Moskow yang diduga mata-mata dan memberi sanksi ke 32 orang yang dituding mencoba mencampuri pemilihan presiden. Pemerintah Joe Biden juga memberikan tambahan sanksi berupa pembatasan pada bank-bank AS yang memperdagangkan obligasi pemerintah Vladimir Putin.

"Perintah eksekutif Biden mengirimkan sinyal bahwa AS akan mengenakan biaya dengan cara yang strategis dan berdampak secara ekonomi pada Rusia jika itu berlanjut atau meningkatkan tindakan internasionalnya yang tidak stabil," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Ini menjadi serangan terbaru AS ke Rusia setelah era Donald Trump, yang dianggap lemah terhadap Putin, usai. Rentetan sanksi itu juga diberikan saat Biden menawarkan pertemuan tatap muka dengan Putin.

Sanksi AS juga didukung NATO. Pekan ini, kelompok itu memang mengecam Rusia karena mobilisasi besar-besaran pasukan militer ke Ukraina.

Ini menyebabkan milisi pro Rusia bentrok dengan tentara Ukraina, yang memang tengah mencoba menjadi bagian dari negara NATO. Ukraina sendiri meminta bantuan AS dan sekutu untuk menambah sanksi ke Rusia.

Departemen Keuangan Uni Eropa, Australia, Inggris dan Kanada juga menjatuhkan saksi ke delapan individu dan entitas atas pendudukan Rusia di Krimea. Area tersebut awalnya adalah bagian Ukraina namun diduduki Rusia sejak 2011.

"Kami menyerukan kepada Rusia untuk segera menghentikan perilaku destabilisasi, dan untuk menegakkan kewajiban internasionalnya," kata petinggi UE di Brussel.

Sebelumnya, Barat juga khawatir pada penahanan kritikus Putin, Alexei Navalny. Ia sempat dilaporkan diracun dengan senjata yang sering dipakai intelijen Uni Soviet.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biden Sebut Putin Pembunuh, Rusia Tarik Dubes dari Washington

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular