Sudah 15 Bulan Penjualan Ritel Minus, Mau Sampai Kapan...?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 April 2021 12:14
Suasana Borobudur Departmen Store, Ciledug Raya, Tangerang Selatan yang Sepi Pengunjung (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Ilustrasi Department Store (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Data penjualan ritel Indonesia menggambarkan situasi yang masih penuh keprihatinan. Pertumbuhan negatif alias kontraksi masih memberi warna yang cukup dominan.

Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Februari 2020 sebesar 117,1. Turun 2,7% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan anjlok 18,1% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Secara bulanan, pencapaian Februari 2021 lebih baik ketimbang bulan sebelumnya yang terkontraksi 4,3% mtm. Namun secara tahunan, kontraksinya lebih dalam karena Januari 2021 pertumbuhannya adalah -16,4% yoy.

Pada Maret 2021, BI memperkirakan penjualan ritel sudah tumbuh positif 2,9% mtm. Jika terwujud, maka akan menjadi pertumbuhan positif pertama sejak Desember 2020.

Namun secara yoy, penjualan ritel masih terkontraksi. Pada Maret 2021, penjualan ritel diperkirakan tumbuh -17,1% yoy.

Halaman Selanjutnya --> Sudah Setahun, Tapi Hidup Belum Normal Juga

Memasuki 2021, sepertinya hidup belum normal betul. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih membebani laju perekonomian.

Pandemi virus corona adalah fenomena kesehatan dan kemanusiaan. Di Indonesia, sudah lebih dari sejuta orang terpapar virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu. Sementara puluhan ribu orang meninggal dunia.

Namun pandemi berubah menjadi masalah ekonomi kala penanganannya mengedepankan pembatasan sosial (social distancing). Di Indonesia, namanya adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang kini menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Meski sudah ada kelonggaran, pembatasan masih tetap berlaku. Waktu operasional pusat perbelanjaan dibatasi, harus tutup pukul 21:00 WIB. Pengunjung yang makan-minum di restoran juga dibatasi, maksimal 50% dari kapasitas.

Ini membuat mobilitas warga masih terbatas. Mengutip data Covid-19 Community Mobility Report keluaran Google, kunjungan warga 62 ke tempat perbelanjaan ritel dan lokasi wisata per 7 April 2021 masih 10% di bawah normal.

Halaman Selanjutnya --> Kunci Ada di Vaksinasi

Selain karena anjuran pemerintah, berkurangnya aktivitas publik juga didasari atas kesadaran sendiri. Masih banyak orang yang secara sukarela membatasi aktivitas dan mobilitasnya karena khawatir tertular virus corona.

Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) terhadap 65.561 orang, sebanyak 34,3% menjawab cukup mungkin tertular Covid-19. Kemudian 29,4% menjawab mungkin, dan 19,3% menjawab sangat mungkin. Jadi lebih dari 50% responden berpandangan risiko penularan Covid-19 di masyarakat masih tinggi sehingga membatasi aktivitas di luar rumah.

coronaSumber: BPS

Jadi selama hidup belum normal seperlu dulu sulit berharap penjualan ritel tumbuh positif. Kontraksi masih akan menghiasi.

Oleh karena itu, Indonesia harus lebih menggenjot vaksinasi. Dengan vaksin, diharapkan akan terbentuk sistem imun tubuh untuk menghalau serangan virus corona.

Saat sebagian besar masyarakat sudah mendapatkan imunisasi dan membentuk kekebalan tubuh, maka akan tercipta kekebalan kelompok (herd immunity) sehingga rantai penularan akan terputus. Ketika ini tercapai, ucapkan selamat tinggal kepada pandemi.

Namun sebelum herd immunity terbentuk, mau tidak mau protokol kesehatan harus ditegakkan, termasuk mengurangi mobilitas. Dampaknya, penjualan ritel masih bakal lesu. Entah sampai kapan dunia usaha bisa bertahan...

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Penjualan Ritel Tumbuh Melambat di Juni, Tapi Minus di Juli

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular