Warga +62 Mulai Doyan Belanja, Goodbye Resesi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 March 2021 08:45
Matahari Department Store
Ilustrasi Department Store (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepertinya masyarakat Indonesia mulai optimistis memandang prospek ekonomi ke depan. Perlahan tetapi pasti masyarakat mulai berbelanja, tanda keyakinan akan adanya harapan yang lebih baik.

Ketika masyarakat kurang yakin terhadap masa depan keuangannya, maka pilihan yang paling rasional adalah menabung. Lebih baik menyimpan uang agar bisa digunakan saat situasi (amit-amit) memburuk.

Inilah yang terjadi tahun lalu. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang menjelma menjadi krisis soal-ekonomi memaksa masyarakat untuk hidup prihatin. Sebab, pandemi diatasi dengan cara membatasi aktivitas masyarakat di luar rumah agar virus corona tidak semakin menyebar.

Kala jutaan orang #dirumahaja, aktivitas dan mobilitas mampet, maka 'roda' ekonomi tidak akan berputar kencang. Ekonomi dipaksa bergerak di bawah kapasitasnya, yang membuat kebutuhan akan tenaga kerja berkurang.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, terdapat 29,12 juta penduduk usia kerja yang mengalami dampak pandemi virus corona per Agustus 2020. Perinciannya adalah:

  • 2,56 juta penduduk menjadi pengangguran.
  • 0,76 juta penduduk menjadi bukan angkatan kerja.
  • 1,77 juta penduduk sementara tidak bekerja.
  • 24,03 juta penduduk bekerja dengan pengurangan jam kerja (shorter hours).

Lapangan kerja yang menyempit membuat mereka yang masih punya sumber pendapatan menjadi sangat hati-hati. Hari ini mungkin masih bisa dapat penghasilan, tetapi besok tidak ada yang tahu. Oleh karena itu, menabung menjadi opsi yang sangat wajar.

Bank Indonesia (BI) melaporkan, rasio pendapatan konsumen yang digunakan untuk menabung pada 2020 lumayan tinggi. Puncaknya terjadi pada Desember 2020 di mana nyaris 21% pendapatan dialokasikan untuk menabung.


Halaman Selanjutnya --> Sudah Banyak yang Mulai Belanja

Namun memasuki 2021, situasi mulai berbalik. Dalam dua bulan pertama 2021, konsumen terus mengurangi porsi pendapatan untuk menabung.

Sebaliknya, porsi pendapatan yang dipakai untuk jajan, belanja, alias konsumsi semakin tinggi. Pada Februari 2021, porsinya mencapai 73,5%. Ini menjadi yang tertinggi sejak setidaknya 2012.

Pandemi virus corona memang belum selesai, kasus baru masih terus bertambah. Namun ada satu hal yang membikin masyarakat lebih yakin bahwa pandemi bisa diakhiri yaitu hadirnya vaksin anti-virus corona.

"Pada Februari 2021, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini terpantau membaik dari bulan sebelumnya. Proses penanganan covid-19 melalui kegiatan vaksinasi yang terus berlanjut, didukung oleh pemulihan ekonomi masyarakat melalui distribusi bantuan sosial, ditengarai mendorong perbaikan persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi," papar laporan BI.

Indonesia memulai proses vaksinasi pada 13 Januari 2021, di mana Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Warga Negara Indonesia yang pertama menerima vaksin. Mengutip catatan Our World in Data, jumlah vaksin yang sudah disuntikkan ke lengan rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia per 5 Maret 2021 adalah 3,53 juta dosis. Rerata tujuh harian vaksinasi ada di 154.100 dosis per hari.

Halaman Selanjutnya --> Vaksin Anti-Virus Corona Berdatangan

Awalnya vaksinasi di Tanah Air mengandalkan vaksin CoronaVac buatan perusahaan farmasi asal China, Sinovac. Kini Indonesia sudah kedatangan vaksin lain yaitu bikinan AstraZaneca-Universitas Oxford sebanyak 1,11 juta dosis.

Vaksin ini didatangkan dengan skema COVAX, kerja sama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI). Sebagai negara berkembang, Indonesia memang berhak memperoleh jatah skema COVAX.

Vaksin, jika efektif, akan membentuk kekebalan tubuh untuk melawan virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Jika sebagian besar penduduk Indonesia sudah divaksin dan memiliki ketahanan, maka akan terbentuk kekebalan kolektif (herd immunity). Ketika ini terjadi, rantai penularan bisa diputus dan kita bisa mengucapkan selamat tinggal kepada pandemi virus corona.

"Untuk herd immunity, diharapkan kita bisa mengejar 70% populasi yang sangat tergantung ketersediaan vaksin. Sampai saat ini, (herd immunity) baru dipenuhi Maret 2022. Dengan inisiatif baru Vaksin Gotong Royong, dan mempercepat vaksin gratis, bisa mempercepat yang seharusnya di-deliver awal 2022. Semoga (herd immunity) bisa tercapai lebih cepat, 2021," ungkap Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan.

Saat herd immunity tercapai, maka aktivitas dan mobilitas masyarakat bisa kembali seperti dulu lagi. Ibarat mobil, ekonomi sudah bisa dipacu sekencang-kencangnya, tidak seperti sekarang yang maksimal hanya boleh 50 km/jam.

Artinya, ada harapan lapangan kerja akan kembali terbuka. Mereka yang menganggur atau dirumahkan bisa berkarya lagi dan memperoleh penghasilan yang lebih layak. Ini membuat masyarakat lebih tenang sehingga hasrat untuk jajan dan belanja meningkat.

Ingat, konsumsi rumah tangga adalah pilar utama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan sumbangan lebih dari 50%. Jadi ketika masyarakat meningkatkan konsumsi, maka niscaya Indonesia bisa segera lepas dari jerat resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article RI Memang Resesi, Tapi Tak Akan Lama! Mana Aminnya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular