Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang menyebabkan resesi ekonomi membuat masyarakat sempat menahan diri untuk berbelanja. Apa mau dikata, dalam kondisi yang serba prihatin dan tidak pasti, yang paling penting memang mencari selamat dengan meningkatkan tabungan untuk berjaga-jaga.
Setelah lebih dari setahun pandemi mendera Tanah Air, harapan tetap ada. Meski pandemi belum usai, tetapi sejumlah indikator menggambarkan bahwa Indonesia relatif mampu mengendalikannya.
Kementerian Kesehatan melaporkan, jumlah pasien positif corona per 9 Mei 2021 adalah 1.713.684 orang. Bertambah 3.922 orang (0,23%) dari hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata penambahan pasien positif tercatat 5.178 orang per hari. Turun dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 5.300 orang setiap harinya.
Dari sisi pertumbuhan, rerata laju kenaikan kasus dalam dua pekan terakhir adalah 0,31% per hari. Melambat ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yaitu 0,33% per hari.
Sementara di beberapa negara tetangga, situasinya berkebalikan. Ambil contoh di Malaysia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di Negeri Harimau Malaya per 9 April 2021 adalah 436.994 orang. Bertambah 4.519 orang (1,05%) dari hari sebelumnya. Tambahan 4.519 orang dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak virus corona mewabah di Malaysia.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata penambahan pasien positif baru adalah 3.355 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 2.224 orang saban harinya.
Kemudian dalam dua minggu terakhir rata-rata kasus bertambah 0,81% per hari. Lebih tinggi dibandingkan rerata dua pekan sebelumnya yaitu 0,6% per hari.
Halaman Selanjutnya --> Orang Kaya Rajin Belanja
Kisah sukses pengendalian pandemi di Indonesia disebabkan oleh laju vaksinasi anti-virus corona yang terus digalakkan. Per 7 April 2021, Our World in Data mencatat sudah 8,49 juta orang di Indonesia yang menerima vaksinasi penuh. Ini adalah peringkat ketujuh dunia.
 Sumber: Our World in Data |
Seiring vaksinasi dan dibukanya 'keran' aktivitas publik secara bertahap membuat mobilitas masyarakat meningkat. Salah satunya adalah di lokasi perbelanjaan ritel dan rekreasi.
Mengutip laporan Covid-19 Community Mobility Report, tingkat kunjungan masyarakat ke lokasi tersebut per 6 Mei 2021 hanya 2% di bawah normal. Rata-rata kunjungan dalam 14 hari terakhir adalah 9,21% di bawah hari biasa, lebih ramai ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yaitu 17% di bawah normal.
Peningkatan kunjungan masyarakat ke lokasi perbelanjaan ternyata tidak sekadar cuci mata, window shopping, atau ngeceng. Namun betul-betul berbelanja, keluar duit.
Pada April 2021, Bank Indonesia (BI) mencatat rata-rata porsi penghasilan untu konsumsi (prospensity to consume) adalah 75,5%. Ini adalah yang tertinggi setidaknya sejak 2012.
Menariknya, hanya masyarakat dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta/bulan yang membukukan peningkatan konsumsi. Artinya, orang-orang kaya yang tadinya rajin menabung kini mulai berani berbelanja. Sudah keluar 'kandang'.
Mengutip kajian Opportuniy Insight, lembaga riset di Universitas Harvard, konsumsi masyarakat yang mampu akan sangat berpengaruh terhadap ekonomi secara keseluruhan. Mengacu pada resesi di Amerika Serikat (AS) tahun lalu, penurunan konsumsi di kelompok 25% masyarakat terkaya menyumbang separuh dari anjloknya konsumsi rumah tangga di Negeri Paman Sam.
"Tidak hanya dari sisi persentase, nominal konsumsi kelompok ini juga menyumbang separuh dari total konsumsi," kata Raj Chetty, Profesor Ekonomi Universitas Harvard.
Dengan kekuatan yang besar, konsumsi orang kaya mampu menggerakkan ekonomi dalam skala luas. Sebab kelompok ini sudah selesai dengan urusan perut, pengeluaran mereka sudah lebih dari itu. Hasilnya, lebih banyak sektor usaha yang menikmati sehingga 'roda' ekonomi bisa berputar lebih kencang.
TIM RISET CNBC INDONESIA