Junta Militer Myanmar Gerebek Partai NLD Aung San Suu Kyi

News - Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
07 March 2021 15:45
Demonstrators display images of detained Myanmar leader Aung San Suu Kyi during a protest against the military coup in Yangon, Myanmar Tuesday, Feb. 16, 2021. Security forces in Myanmar pointed guns toward anti-coup protesters and attacked them with sticks Monday, seeking to quell the large-scale demonstrations calling for the military junta that seized power this month to reinstate the elected government. (AP Photo) Foto: AP/STR

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi Myanmar kian memanas. Para pengunjuk rasa anti-kudeta di Burma berjanji akan melakukan lebih banyak suara unjuk rasa pada Minggu (7/3/2021) saat rezim junta meningkatkan tindakan kekerasan kepada masyarakat sipil.

Hal ini juga terjadi menyusul penggerebekan semalam di beberapa bagian Yangon yang menargetkan pejabat dari partai politik Aung San Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Partai NLD mengkonfirmasi beberapa pejabat ditangkap dalam penggerebekan semalam.

"Benar bahwa di beberapa kota pejabat NLD ditangkap. Tetapi kami tidak tahu persis berapa banyak orang yang ditangkap atau ditahan," kata pejabat partai Soe Win kepada AFP.

Anggota parlemen NLD Sithu Maung memposting di Facebook bahwa pasukan keamanan tadi malam sedang mencari petugas informasi partai U Maung Maung di rumahnya tetapi tidak dapat menemukannya.

"Saudara laki-laki U Maung Maung dipukuli oleh polisi dan tentara dan tubuhnya ditahan dalam posisi terbalik sementara dia disiksa karena tidak ada yang bisa ditangkap," kata anggota parlemen itu.

Media yang dikelola pemerintah pada hari Minggu memperingatkan anggota parlemen yang terlibat dalam sebuah kelompok, disebut Komite Mewakili Pyidaungsu Hluttaw yang mengklaim sebagai pemerintah Myanmar yang dipilih secara sah, bahwa mereka melakukan "pengkhianatan tingkat tinggi" dan dapat dijatuhi hukuman mati atau 22 tahun penjara.

Junta telah menyatakan anggota kelompok sebagai persona non-grata dan mengatakan yang berkomunikasi dengan mereka bisa menghadapi hukuman tujuh tahun penjara.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta 1 Februari yang menggulingkan pemimpin sipil Suu Kyi dari kekuasaan dan memicu pemberontakan massal yang menentang rezim junta militer.

Rabu lalu adalah hari paling mematikan sejauh ini, dengan PBB mengatakan setidaknya 38 orang ditembak mati ketika pasukan keamanan menembak ke kerumunan, menembak beberapa pengunjuk rasa pada bagian kepala.

Kantor hak asasi PBB juga mengatakan telah memverifikasi setidaknya 54 kematian sejak kudeta, meskipun jumlah sebenarnya bisa jauh lebih tinggi, dan lebih dari 1.700 orang telah ditahan.

Sementara itu, sejumlah warga Myanmar berada di perbatasan dengan India menunggu untuk bergabung dengan sekitar 50 lainnya yang telah melintasi perbatasan untuk melarikan diri dari kekacauan kudeta negara itu.

Menurut para pejabat India, otoritas Myanmar telah menulis kepada rekan-rekan India mereka meminta delapan polisi yang melarikan diri minggu ini dipulangkan.

Sebanyak 48 warga negara Myanmar, telah memasuki negara bagian Mizoram di timur laut India, kata seorang perwira senior di pasukan paramiliter Assam Rifles.

"Sedikitnya 85 warga sipil dari Myanmar telah menunggu di perbatasan internasional untuk memasuki India," pejabat itu menambahkan, berbicara tanpa menyebut nama.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Geger Kudeta Suu Kyi, Militer Myanmar Bakal Buat Pemilu Baru


(mij/mij)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading