
Myanmar Makin Membara, Polisi Tembaki Pendemo Hingga Tewas

Jakarta, CNBC Indonesia - Polisi di Myanmar kembali menembaki pengunjuk rasa anti-kudeta militer, menewaskan satu orang pada Jumat (5/3/2021) waktu setempat.
Kekerasan berujung kematian itu terjadi ketika semakin banyak pengunjuk rasa yang meminta kembali demokrasi di beberapa kota di Burma. Kerumunan ribuan orang terlihat berbaris dengan damai di kota Mandalay.
"Zaman batu sudah berakhir, kami tidak takut karena kamu mengancam kami," teriak kerumunan, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Kemudian, polisi melepaskan tembakan untuk membubarkan kerumunan, dan satu orang ditembak di tenggorokan, menurut saksi mata.
![]() |
"Saya pikir dia berusia sekitar 25 tahun, tetapi kami masih menunggu anggota keluarga," kata seorang dokter yang memeriksa korban kepada Reuters melalui telepon.
Di kota utama Yangon, polisi menembakkan peluru karet dan granat setrum (stun grenades) untuk membubarkan pengunjuk rasa yang telah diikuti oleh sekitar 100 dokter berjas putih. Saksi lain mengatakan kerumunan juga berkumpul di kota Pathein, di sebelah barat Yangon.
Pada Kamis, polisi juga membubarkan aksi unjuk rasa dengan gas air mata dan tembakan di beberapa kota tetapi tindakan keras mereka lebih terkendali daripada pada hari Rabu, ketika PBB mengatakan 38 orang tewas dalam protes anti-kudeta tersebut.
Selain menembaki para pengunjuk rasa, memblokir layanan media sosial, junta militer juga memutus pasokan listrik di berbagai bagian negara pada hari Jumat. Namun seorang pejabat utilitas mengatakan itu karena kegagalan sistem.
Kekerasan antara junta dan masyarakat sipil terjadi saat mereka mendapatkan kecaman internasional, dengan misi PBB di New York dan Amerika Serikat meluncurkan sanksi baru yang menargetkan konglomerat militer setelah kematian puluhan pengunjuk rasa sipil.
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada China dan Rusia, Militer Myanmar Tak Takut Kritik?