Harga Sembako

Heboh Tahu-Tempe Sampai Daging, Cabe-cabean Tetap Bintangnya!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 January 2021 15:58
Penjual Daging di Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Penjual Daging di Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu terakhir, rakyat Indonesia dibikin pusing oleh kelangkaan sejumlah bahan pokok. Mulai dari tahu-tempe sampai daging sapi sulit dijumpai di pasaran.

Kelangkaan tahu-tempe disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku utamanya, kacang kedelai. Pada dua minggu pertama 2021, harga kedelai di pasar internasional memang naik tajam.

Sejak 31 Desember 2020 hingga 14 Januari 2021, harga kedelai acuan di Chicago Board of Trade melonjak 9,11%. Namun selepas itu harga mulai bergerak turun meski dalam setahun terakhir tetap terjadi lonjakan 45,48%.

Selain itu, masyarakat beberapa hari terakhir dibuat bingung oleh daging sapi. Pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional kompak mogok berjualan sehingga membuat harga komoditas ini naik.

Mengutip data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis, harga rata-rata nasional daging sapi kualitas 1 per 25 Januari 2021 adalah Rp 123.150/kg. Naik 0,73% dibandingkan posisi sebulan lalu.

Akan tetapi, sebenarnya lagi-lagi 'bintang' kenaikan harga sembako adalah cabai-cabaian. Harga berbagai jenis cabai masih naik, bahkan lumayan tajam.

Misalnya cabai rawit hijau, yang dalam sebulan terakhir harganya naik 9,74%. Sementara harga cabai rawit merah melonjak 11,14%.

Dengan perkembangan ini, Bank Indonesia (BI) memperkirakan secara umum terjadi kenaikan harga di tingkat konsumen. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) pekan III, inflasi Januari 2021 diperkrakan 0,37% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Ini membuat inflasi tahunan (year-on-year/YoY) menjadi 1,67%.

"Penyumbang utama inflasi yaitu cabai rawit sebesar 0,1% (MtM), tempe dan tahu masing-masing sebesar 0,03%, cabai merah dan tarif angkutan antar-kota masing-masing sebesar 0,02%, daging ayam ras, ikan kembung, kacang panjang, bayam, kangkung, ikan tongkol, daging sapi, emas perhiasan, nasi dengan lauk dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar 0,01%. Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas telur ayam ras sebesar -0,05% dan bawang merah sebesar -0,01%," papar keterangan tertulis BI.

Harga cabai seringkali memainkan peran penting dalam menentukan angka inflasi. Menurut Survei Biaya Hidup (SBH) 2018, total pengeluaran rakyat Indonesia untuk makanan, minuman, dan termbakau adalah Rp 3.123.74 triliun. Dari jumlah itu, konsumsi cabai-cabaian lumayan tinggi.

Misalnya nilai konsumsi cabai hijau nasional adalah Rp 2,94 triliun, sehingga bobotnya adalah 0,09% dari total konsumsi makanan, minuman, dan tembakau. Sementara konsumsi cabai rawit adalah Rp 45,34 triliun sehingga memiliki bobot 1,45%.

Tingginya bobot cabai dalam perhitungan inflasi membuat komoditas ini menjadi kunci (selain beras, tentunya). Saat harga cabai terkendali, maka laju inflasi pun bakal 'jinak'.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular