Harga Kedelai & Daging Impor Terbang, Pangan RI Ikut Goyang

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
22 January 2021 19:17
Pekerja beraktivitas di Rumah Produksi Tahu di kawasan Jakarta, Senin (4/1/2021). Produksi tahu di lokasi ini kembali dilanjutkan setelah beberapa hari belakangan mogok akibat naiknya harga kedelai yang mencapai Rp9.200 per kilogram dari harga normal Rp72.00 per kilogram. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pekerja beraktivitas di Rumah Produksi Tahu di kawasan Jakarta, Senin (4/1/2021). Produksi tahu di lokasi ini kembali dilanjutkan setelah beberapa hari belakangan mogok akibat naiknya harga kedelai yang mencapai Rp9.200 per kilogram dari harga normal Rp72.00 per kilogram. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Carut marut tata niaga kacang kedelai dan daging sapi belakangan memunculkan aksi mogok produksi dan jualan pelaku usaha. Langkah itu sebagai protes dari lonjakan harga kedelai maupun daging sapi di dalam negeri.

Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Bustanul Arifin menilai ada persoalan manajemen yang tidak tertata dari tata niaga, bukan masalah krisis pangan.

"Kalau kasus kenaikan harga kedelai dan daging sapi, saya berani mengatakan, itu bukan tanda-tanda krisis pangan, itu cuma persoalan manajemen impor saja, toh produksi kedelai global tahun 2020 naik 8%," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (22/1/21).

Produksi kedelai tahun 2020 mencapai 364 juta ton dan menjadi rekor tertinggi karena peningkatan produksi di Brasil dan AS. Produksi kedelai dua negara ini hampir 80% dari total kedelai global. Peringkat pertama Brasil hampir 130 juta ton, sedangkan produksi kedelai AS 112 juta ton. Selanjutnya ada Argentina dengan 15%, Cina 5%, dan India 3%.

Yang menjadi masalah adalah China memesan terlalu banyak untuk mengamankan hari raya imlek. Hal ini membuat harga kedelai pada akhir Desember lalu menjadi 503 dolar AS per ton atau naik tajam dari harga pada April yang masih 363 dolar AS per ton.

Indonesia kena imbasnya sebagai negara importir kedelai yang minim produksi lokal. Solusi jangka pendek dari kemelut protes perajin tahu tempe yang mogok produksi karena harga kedelai, pemerintah akhirnya menaikkan harga jual dan eceran kedelai, bukan solusi jangka panjang.

Setelah kedelai, muncul masalah anyar dalam persediaan daging sapi. Polanya sama yakni pedagang memilih untuk mogok berjualan. Lagi-lagi, Kementerian Perdagangan baru terlihat bergerak setelah masalah di lapangan muncul.

"Itu persoalan ketergantungan Indonesia yang berlebihan pada Australia. Ketika Australia membatasi ekspor sapinya, karena mereka berupaya memulihkan stok domestiknya, kita jadi kelabakan," sebut Bustanul.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Skenario Darurat, Ada Apa dengan Stok Kedelai?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular