
Heboh Tahu-Tempe Sampai Daging, Cabe-cabean Tetap Bintangnya!

Akan tetapi, sebenarnya lagi-lagi 'bintang' kenaikan harga sembako adalah cabai-cabaian. Harga berbagai jenis cabai masih naik, bahkan lumayan tajam.
Misalnya cabai rawit hijau, yang dalam sebulan terakhir harganya naik 9,74%. Sementara harga cabai rawit merah melonjak 11,14%.
Dengan perkembangan ini, Bank Indonesia (BI) memperkirakan secara umum terjadi kenaikan harga di tingkat konsumen. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) pekan III, inflasi Januari 2021 diperkrakan 0,37% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Ini membuat inflasi tahunan (year-on-year/YoY) menjadi 1,67%.
"Penyumbang utama inflasi yaitu cabai rawit sebesar 0,1% (MtM), tempe dan tahu masing-masing sebesar 0,03%, cabai merah dan tarif angkutan antar-kota masing-masing sebesar 0,02%, daging ayam ras, ikan kembung, kacang panjang, bayam, kangkung, ikan tongkol, daging sapi, emas perhiasan, nasi dengan lauk dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar 0,01%. Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas telur ayam ras sebesar -0,05% dan bawang merah sebesar -0,01%," papar keterangan tertulis BI.
Harga cabai seringkali memainkan peran penting dalam menentukan angka inflasi. Menurut Survei Biaya Hidup (SBH) 2018, total pengeluaran rakyat Indonesia untuk makanan, minuman, dan termbakau adalah Rp 3.123.74 triliun. Dari jumlah itu, konsumsi cabai-cabaian lumayan tinggi.
Misalnya nilai konsumsi cabai hijau nasional adalah Rp 2,94 triliun, sehingga bobotnya adalah 0,09% dari total konsumsi makanan, minuman, dan tembakau. Sementara konsumsi cabai rawit adalah Rp 45,34 triliun sehingga memiliki bobot 1,45%.
Tingginya bobot cabai dalam perhitungan inflasi membuat komoditas ini menjadi kunci (selain beras, tentunya). Saat harga cabai terkendali, maka laju inflasi pun bakal 'jinak'.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
