Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan kinerja perdagangan internasional Indonesia sepanjang 2020. Ada sinyal yang menggembirakan pada akhir tahun yang membuat kita boleh lebih optimistis menghadapi 2021.
Pada Desember 2020, BPS melaporkan nilai ekspor sebesar US$ 16,54 miliar. Tumbuh signifikan 14,63% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Dalam dua bulan terakhir, pertumbuhan ekspor sangat meyakinkan. Bahkan pertumbuhan bulan lalu adalah yang terbaik sejak Juli 2018.
Dengan nilai ekspor Desember yang US$ 16,54 miliar, maka nilai ekspor sepanjang 2020 adalah US$ 163,31 miliar. Turun 2,61% dibandingkan tahun sebelumnya.
Meski turun, tetapi ternyata kinerja ekspor Tanah Air tidak terlalu buruk. Bahkan lebih baik ketimbang 2019 yang anjlok 6,85%. Padahal 2019 belum musimnya pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
"Pada November dan Desember, ekspor kita mengalami kenaikan signifikan. Kita berharap 2021 akan membaik. Dengan vaksinasi, kita belum tahu apakah Covid-19 bisa terkontrol atau tidak. Kuncinya adalah penanganan kesehatan, mari kita berharap bisa melalui pandemi ini," papar Suhariyanto, Kepala BPS.
Bagaimana dengan impor? Seperti halnya ekspor, kabar baik juga datang dari impor.
Pada Desember 2020, nilai impor tercatat US$ 14,44 miliar, terkontraksi (tumbuh negatif) 0,47% YoY.
Walau masih minus, tetapi kontraksi impor semakin melandai. Pertumbuhan -0.47% adalah yang terbaik sejak Juni 2018. Artinya, impor mulai kembali menuju sebelum serangan pandemi virus corona.
Perbaikan impor menandakan permintaan dalam negeri semakin membaik. Pada Desember 2020, impor barang konsumsi sudah tumbuh 3,87% YoY sementara barang modal naik 3,17% YoY. Bahan baku/penolong memang masih terkontraksi, tetapi tipis saja di -2,02% YoY.
Namun untuk keseluruhan 2020, nilai impor Indonesia adalah US$ 141,57 miliar di mana terjadi penurunan sangat dalam yaitu 17,34% YoY. Ini adalah yang terparah sejak 2015.
Data pada akhir 2020 itu memberi harapan. Setidaknya ada modal untuk lebih optimistis pada 2021.
Ekspor Indonesia belum banyak berubah, masih didominasi oleh batu bara dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO). Sepertinya kinerja ekspor 2021 juga masih bergantung kepada dua komoditas tersebut.
Sepanjang 2020, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) melonjak 18,39% secara point-to-point. Sementara harga CPO acuan di Bursa Malaysia melesat 17,95%. Ini yang menolong ekspor Indonesia tidak minus terlalu dalam.
Bagaimana dengan 2021? Apakah ada harapan harga batu bara dan CPO naik lagi?
Mengutip laporan Bank Dunia, rata-rata harga batu bara pada 2020 adalah US$ 57,2/ton. Tahun ini, harga berpeluang naik tetapi tipis saja di US$ 57,8/ton.
"Harga batu bara masih bisa naik karena faktor daya saing, batu bara masih menjadi sumber energi yang harganya relatif terjangkau. Namun dalam jangka pendek-menengah, keberpihakan pemerintah di berbagi negara ke arah energi terbarukan bisa menjadi risiko bagi batu bara. Biaya energi terbarukan juga semakin murah dalam satu dekade terakhir, terutama energi surya.
"Berbagai negara telah membuat rencana untuk menuju nol emisi karbon. Uni Eropa berencana mencapai nol emisi karbon pada 2050, sedangkan China menargetkan pencapaian itu pada 2060," papar laporan Bank Dunia.
CPO pun punya cerita serupa. Bank Dunia mencatat rata-rata harga CPO pada 2020 adalah US$ 710/ton dan pada 2021 bisa naik ke US$ 723/ton.
Dengan potensi kenaikan harga batu bara dan CPO, bukan tidak mungkin kinerja ekspor Indonesia akan lebih baik lagi pada 2021. Bahkan bisa saja ekspor kembali ke pertumbuhan positif, tidak lagi terkontraksi.
Akan tetapi, 2021 bukan tanpa risiko sama sekali. Ingat pandemi virus corona belum berakhir. Malah akhir-akhir ini penyebarannya semakin luas yang membuat sejumlah negara kembali memperketat pembatasan sosial (social distancing) yang sampai ke taraf karantina wilayah (lockdown).
"Kuncinya kembali adalah penanganan kesehatan, baik di Indonesia maupun negara-negara tujuan utama (ekspor). Kita lihat akhir-akhir ini beberapa negara di Eropa mengalami lockdown. Jadi mari kita berharap dengan adanya vaksinasi dan kepatuhan kesehatan, perekonomian akan kembali pulih dan ekspor kita meningkat," kata Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.
TIM RISET CNBC INDONESIA