Mohon Maaf, Pertanda RI Belum Bebas Resesi Semakin Jelas!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 January 2021 11:35
Suasana Borobudur Departmen Store, Ciledug Raya, Tangerang Selatan yang Sepi Pengunjung (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Ilustrasi Penjualan Ritel (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Dua data ini memberi gambaran bahwa konsumsi rumah tangga masih 'sakit'. Padahal konsumsi rumah tangga adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi pengeluaran dengan kontribusi lebih dari 50%.

Pada kuartal II dan III-2020, konsumsi rumah tangga masing-masing tumbuh -5,52% YoY dan -4,04% YoY. Melihat IKK dan penjualan ritel yang masih nyungsep, sepertinya sulit untuk membalikkan itu menjadi positif pada kuartal IV-2020.

Dengan peranannya yang begitu besar, konsumsi rumah tangga yang terkontraksi langsung membawa PDB secara keseluruhan ke zona negatif. Kontraksi PDB dalam dua kuartal beruntun adalah definisi dari resesi ekonomi.

Kalau benar konsumsi rumah tangga pada kuartal IV-2020 masih tumbuh negatif (kemungkinan besar demikian), maka rasanya pertumbuhan ekonomi Ibu Pertiwi pun bakal minus. Artinya, Indonesia akan lebih lama terjebak di 'jurang' resesi.

Prospek pada kuartal I-2021 pun tidak cerah-cerah amat. Ingat, pemerintah kembali mengetatkan aktivitas dan mobilitas masyarakat di beberapa daerah Jawa-Bali pada 11-25 Januari 2021. Ini sama saja dengan mengerem laju roda ekonomi, meski tujuannya mulia yaitu menyelamatkan jutaan nyawa dari ancaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Perlu dicatat pula, PDB Indonesia pada kuartal I-2020 masih tumbuh positif meski seadanya. Oleh karena itu, agak sulit untuk membuat PDB kuartal I-2020 mengulangi pencapaian serupa. Semoga salah ya...

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular