PSBB Jawa-Bali Diperketat, RI Resesi Lagi?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 January 2021 14:17
Ilustrasi Indonesia Resesi (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Indonesia Resesi (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia dalam laporan terbarunya yang bertajuk Global Economic Prospects January 2021 merevisi turun outlook pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini. 

Lembaga keuangan internasional yang bermarkas di Washington DC tersebut memperkirakan pertumbuhan output perekonomian di tahun 2021 berada di 4% (yoy). Proyeksi diturunkan 20 basis poin (bps) dibanding perkiraan Juni tahun lalu. 

Pertumbuhan output di negara maju direvisi turun 60 bps tahun ini menjadi 3,3% (yoy). Sementara untuk outlook negara berkembang masih cerah dan direvisi naik 40 bps menjadi 5% (yoy) terutama karena prospek ekonomi China yang memimpin pemulihan global di tahun 2021. 

Memasuki bulan Mei 2020, perekonomian global menunjukkan tanda-tanda bangkit. Penjualan ritel membaik, produksi industri meningkat. Lockdown yang masif dilonggarkan, mobilitas masyarakat mulai terpantau. Geliat ekonomi pun mulai tampak apalagi dengan munculnya berbagai kabar positif terkait perkembangan vaksin Covid-19. 

Namun kenaikan mobilitas masyarakat harus dibayar mahal. Kasus Covid-19 global melonjak dengan sangat signifikan. Kasus meningkat dengan sangat pesat baik di negara-negara maju maupun berkembang sejak bulan Juni.

Kedatangan turis global yang naik dari 5 juta pada bulan Mei menjadi 38 juta pada Agustus akhirnya harus mengalami penurunan karena pembatasan kembali diterapkan di banyak negara. 

Dalam laporan Bank Dunia, outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2020 dan 2021 diturunkan. Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air untuk 2020 diperkirakan minus 2,2% (yoy). Padahal Juni lalu diperkirakan stagnan alias 0%. 

Untuk 2021, outlook perekonomian direvisi turun 40 bps menjadi 4,4% (yoy) dari prospek 4,8% (yoy) pada Juni tahun lalu. Tahun ini, Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Ibu Pertiwi tumbuh 4,4% (yoy) didongkrak oleh seluruh pos pengeluaran baik konsumsi masyarakat dan pemerintah. Konsumsi domestik dan investasi yang tahun ini mengalami kontraksi lebih dari 2% tahun depan tumbuh lebih dari 4% (yoy).

Impor yang terkontraksi tajam tahun ini mulai tumbuh tahun depan meski hanya tipis saja di 0,5% (yoy). Defisit anggaran akan mengecil menjadi minus 5,5% PDB seiring dengan perbaikan prospek perekonomian. Namun total utang pemerintah naik menjadi lebih dari 40%.

Bagaimanapun juga masih ada risiko besar yang menghadang perekonomian Indonesia tahun ini terutama terkait pandemi Covid-19.

Lonjakan kasus Covid-19 yang terus terjadi secara signifikan, shock yang sangat besar serta pemulihan ekonomi global yang lebih rendah membuat volume perdagangan masih lambat serta penurunan harga komoditas akan membuat prospek ekonomi Indonesia lebih rendah dari perkiraan awal.

Perkembangan pandemi Covid-19 di Tanah Air dan dunia yang semakin mengerikan membuat pemerintah RI memutuskan untuk menutup diri dari warga negara asing (WNA). Kebijakan tersebut berlaku sejak 1-14 Januari 2021.

Makin membludaknya rumah sakit dengan pasien Covid-19 dan ketersediaan kasur rumah sakit yang minim membuat banyak pihak mendesak pemerintah untuk mengambil kebijakan rem darurat. 

Jawabannya adalah hari ini. Dalam konferensi persnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto akhirnya mengumumkan bahwa PSBB diperketat. Untuk wilayah Jawa dan Bali terutama mobilitas akan diperketat. 

Menteri Dalam Negeri akan membuat edaran yang berisi keputusan untuk membatasi work from home (wfh) 75% dengan proteks ketat, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring, pembatasan jam buka pusat perbelanjaan sampai jam 19.00, sektor makanan dan minuman 25% dan pemesanana makanan take away dan delevery tetap buka.

Sektor kontruksi buka 100% dengan penerapan protokol kesehatan ketat dan untuk kegiatan ibadah kapasitas dibatasi 50% dan fasilitas umum dihentikan sementara.

Pengetatan di Jawa Bali tidak diterapkan secara merata. Untuk daerah Jawa Barat pengetatan diterapkan di Bandung Raya, Bogor Raya, Depok dan Bekasi. Untuk di Jawa Tengah ada wilayah yang terkena PSBB ketat yaitu Banyumas Raya, Semarang Raya, dan Solo Raya.

Sementara di Jawa Timur yang terkena adalah Surabaya Raya dan Malang Raya. Semua yang terkena kebijakan PSBB ketat merupakan kota-kota dengan kontribusi perekonomian besar di wilayahnya. 

Tentu dengan pengetatan yang dilakukan di daerah Jawa dan Bali tentunya akan menghambat roda perekonomian secara nasional akan terpuruk mengingat kontribusi wilayah tersebut berkontribusi terhadap PDB nasional mencapai 55,5%.

Dengan tren mobilitas yang masih lambat dan sekarang dibatasi untuk periode dua pekan maka perekonomian nasional bisa terdampak. Apabila pengetatan lanjutan diterapkan bukan tidak mungkin pada kuartal I kinerja ekonomi nasional bisa minus mengingat pada kuartal pertama tahun lalu pertumbuhannya positif.

Menggunakan worst case scenario yang diproyeksikan Bank Dunia ekonomi RI 2020 bisa minus 2,5% dan hanya tumbuh 3,3% di tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular