
Sebab Sering Terjadi Kecelakaan Pesawat di RI versi Asing

Jakarta, CNBC Indonesia - Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dengan rute Jakarta-Pontianak pada 9 Januari lalu memperburuk catatan keselamatan penerbangan Indonesia.
RI pernah mengalami beberapa insiden yang terkait dengan masalah keselamatan di masa lalu, termasuk perawatan pesawat yang buruk, pelatihan pilot, kegagalan komunikasi atau mekanis, dan masalah kontrol lalu lintas udara.
Menurut Bloomberg, Indonesia juga disebut tempat terburuk di Asia untuk naik pesawat, sebab data dari Jaringan Keselamatan Penerbangan menunjukkan RI punya 104 kecelakaan dan 2.353 kematian terkait.
Penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ke Laut Jawa tak lama setelah lepas landas masih belum jelas sampai kotak hitam pesawat diambil dan diperiksa. Tetapi ada satu hal yang diketahui, yakni pesawat yang berusia hampir 27 tahun itu terbang dalam kondisi hujan lebat.
Lalu, apa yang menyebabkan kecelakaan pesawat di Indonesia?
Dalam artikel berjudul "Jet Crash Adds to Long List of Aviation Disasters in Indonesia" pada media Bloomberg, ada dua faktor utama yang menyebabkan insiden tersebut. Yakni faktor cuaca buruk dan komunikasi.
"Indonesia, rumah bagi salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, rangkaian pulau yang membentang dari London hingga New York, memiliki salah satu insiden badai petir dan sambaran petir tertinggi di mana pun," tulis media itu, menambahkan jika Kota Bogor pernah mengalami badai petir selama 322 hari dalam satu tahun pada tahun 1988.
Selain itu, ada juga letusan gunung berapi, yang membuang gumpalan abu ke udara yang dapat tersedot ke mesin pesawat dan merusaknya.
"Pada 2019, bandara Bali membatalkan dan mengalihkan sejumlah penerbangan menyusul letusan Gunung Agung, yang memuntahkan abu di selatan pulau. Dengan pemanasan global, kejadian cuaca ekstrim menjadi lebih umum juga. Penerbangan Sriwijaya 182 ditunda sekitar satu jam karena kondisi yang memprihatinkan," papar tulisan tersebut.
Selanjutnya adalah faktor kegagalan komunikasi. Ini menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan di Indonesia.
Contohnya, pada penerbangan AirAsia yang lepas landas dari Surabaya pada Desember 2014, pilot Indonesia dan co-pilot Prancis akhirnya saling melawan di kontrol setelah upaya mereka untuk memperbaiki sistem kemudi yang rusak menyebabkan autopilot terlepas. Pesawat itu naik dengan curam, terhenti dan jatuh ke laut.
Sementara media Associated Press (AP News), dalam artikelnya yang berjudul "EXPLAINER: Why Indonesia's plane safety record is a concern" memaparkan jika kombinasi ekonomi, sosial dan geografis menjadi faktor seringnya kecelakaan penerbangan di RI.
"Industri ini memiliki sedikit regulasi atau pengawasan pada tahun-tahun awal booming penerbangan Indonesia, setelah ekonomi dibuka setelah jatuhnya Soeharto pada akhir 1990-an dan berakhirnya dekade kediktatoran," tulis media tersebut.
Menurut mereka, maskapai penerbangan berbiaya rendah berkembang pesat, menjadi cara yang umum bagi orang untuk bepergian melintasi negara kepulauan yang luas di mana banyak daerah masih kekurangan infrastruktur transportasi yang efisien atau aman.
Menurut data dari Aviation Safety Network, Indonesia telah mengalami 104 kecelakaan pesawat sipil dengan lebih dari 1.300 kematian terkait sejak 1945, menempatkannya sebagai tempat paling berbahaya untuk terbang di Asia.
Amerika Serikat (AS) bahkan melarang maskapai penerbangan Indonesia beroperasi di negara itu dari tahun 2007 hingga 2016 karena mereka "kekurangan dalam satu atau lebih bidang, seperti keahlian teknis, personel terlatih, prosedur pencatatan atau pemeriksaan". Uni Eropa memiliki larangan serupa dari 2007 hingga 2018.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Telpon Prabowo, AS Bakal Bantu Operasi SAR Sriwijaya Air
