Sad, Sudah Rugi Gede Kini Boeing Dapat Cobaan Pesawat Jatuh!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 January 2021 07:09
Boeing
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Nasib nahas menimpa perusahaan manufaktur pesawat terbang asal Amerika Serikat (AS) yakni Boeing. Pepatah sudah jatuh tertimpa tangga seolah menggambarkan apa yang terjadi pada perakit pesawat terbang itu. 

Sebelum pandemi Covid-19 melanda, Boeing terlilit masalah dengan salah satu model pesawatnya yang berjenis Boeing 737 Max. Dua kecelakaan pesawat yang menimpa Lion Air JT610 dua tahun silam dan Ethiopian Airlines membuat pesawat yang relatif baru tersebut harus dikandangkan. 

Kini, kinerja keuangan Boeing harus terdampak signifikan akibat Covid-19. Mengacu pada laporan keuangannya untuk kuartal ketiga tahun lalu Boeing mencatatkan total penjualan senilai US$ 14,1 miliar pada kuartal ketiga atau turun 29% (year on year/yoy).

Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2020, total pendapatan Boeing mencapai US$ 42,8 miliar turun dari periode yang sama sebelumnya di US$ 58,6 miliar. Terjadi penurunan penjualan di seluruh segmen bisnis perusahaan tersebut. 

Segmen pengiriman pesawat komersial yang berkontribusi terhadap 27% dari total revenue anjlok 54% (yoy) pada Januari-September 2020. Penurunan permintaan terhadap pesawat terbang akibat lockdown di berbagai negara sehingga bisnis maskapai menjadi yang paling terdampak jadi pemicunya.

Pada kuartal ketiga tahun 2020, Boeing hanya mengirimkan 28 unit pesawatnya. Turun dari 62 unit pada periode yang sama sebelumnya atau mencatatkan pertumbuhan minus 55%. 

Apabila ditarik lebih jauh lagi, pengiriman pesawat komersial oleh Boeing hanya sebanyak 98 unit dari 301 unit pada periode Januari-September 2019. Artinya ada penurunan sebesar 67% (yoy).

Penurunan volume pengiriman diakibatkan oleh pandemi Covid-19 dan masalah kualitas untuk model 787. Berdasarkan rilis resmi perusahaan, sampai dengan kuartal ketiga tahun lalu masih ada backlog pesawat pabrikan Boeing sebanyak 4.300 unit senilai US$ 313 miliar. 

Kerugian operasional dari segmen ini membengkak 62% (yoy) menjadi US$ 6,2 miliar. Kendati merugi di segmen pengiriman pesawat terbang komersial, Boeing masih mencatatkan laba operasional yang positif untuk segmen lainnya kendati penjualannya juga turun.

Setali tiga uang, segmen jasa Boeing juga mengalami penurunan baik dari sisi penjualan maupun laba operasionalnya. Namun berbeda dengan segmen pengiriman pesawat komersial yang mencatatkan kerugian, laba operasional Boeing untuk segmen ini masih positif US$ 307 juta pada sembilan bulan 2020 kendati drop 85% (yoy).

Terakhir di segmen Defense, Space & Security yang menyumbang 45% dari total pendapatan Boeing, penjualannya turun paling minim yaitu 3% (yoy) pada periode kuartal I-III tahun lalu. Total penjualan tercatat mencapai US$ 19,5 miliar. 

Namun laba operasionalnya juga tergerus signifikan hingga 60% (yoy) pada periode yang sama. Hingga kuartal ketiga 2020, laba operasional Boeing untuk segmen ini masih positif US$ 1 miliar. 

Kinerja Boeing untuk segmen bisnis ini masih bisa terbantu akibat adanya perpanjangan kontrak untuk  NASA, serta kontrak untuk sembilan helikopter MH-47G Blok II Chinook tambahan untuk Operasi Khusus Angkatan Darat A.S. dan empat tambahan satelit 702X.

Pada kuartal ketiga tahun 2020 Boeing mencatatkan rugi bersih senilai US$ 466 juta. Selama kuartal I-III kerugian Boeing bengkak menjadi US$ 3,5 miliar dari sebelumnya untung US$ 374 juta di tahun 2019. 

Menggunakan asumsi kurs Rp 14.000/US$, maka total kerugian perusahaan yang didirikan 104 tahun silam itu mencapai Rp 49 triliun. Selain menderita kerugian yang sangat besar, Boeing juga mengalami permasalahan likuiditas. Arus kasnya 'seret'.

Arus kas dari aktivitas operasi Boeing tercatat minus US$ 14,4 miliar sepanjang Januari-September 2020. Padahal pada periode yang sama tahun 2019 arus kas dari aktivitas operasi Boeing hanya minus US$ 226 juta saja. 

Sementara itu arus kas bebas (free cash flow/FCF) yang sering menjadi indikator kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya terhadap kreditur maupun membagikan dividen pada pemegang sahamnya juga minus. 

Berdasarkan rilis resmi perusahaan posisi FCF Boeing untuk periode sembilan bulan tahun lalu tercatat sebesar minus US$ 15,4 miliar. Turun dari US$ 1,6 miliar pada periode yang sama sebelumnya. 

Menghadapi kondisi yang pelik seperti ini, Boeing terus berupaya untuk melakukan efisiensi di segala lini. Salah satunya dengan memangkas karyawannya.

Dalam keterangan resmi Boeing yang dikutip CNBC Indonesia, Boeing akan merumahkan pegawainya baik secara sukarela maupun tidak tentunya dengan tetap diberikan pesangon. Keputusan yang berat memang.

Namun mau bagaimana lagi, situasi sedang sangat tidak memungkinkan. Kinerja keuangan yang terdampak dan arus kas yang tertekan hebat membuat perusahaan yang sahamnya ditransaksikan di Bursa New York tersebut harus ambil berbagai tindakan guna menyelamatkan perusahaan yang sekarang nafasnya sangat 'ngos-ngosan'.

Pada Mei lalu, Boeing disebut bakal mem-PHK kurang lebih 7.000 karyawannya. Gelombag PHK yang akan dilakukan Boeing bakal lebih masif. Bahkan mirisnya lagi Boeing dikabarkan bakal memangkas 20% dari total karyawannya karena perusahaan menilai bahwa bisnis travel tak akan pulih ke level sebelum pandemi sampai tahun 2023.

Belum juga lupa atas musibah yang mendera Boeing akibat jatuhnya pesawat maskapai penerbangan Lion Air JT610 dan Ethiopian Airlines, kini masalah serupa harus dihadapi oleh perusahaan besutan William E. Boeing tersebut.

Pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh beberapa saat setelah lepas landas dengan rute Jakarta-Pontianak juga menggunakan pesawat rakitan Boeing dengan tipe 737-500. 

Melalui akun twitternya, Boeing memberikan cuitan. "Kami mengetahui laporan media dari Jakarta, dan terus memantau situasi," tulis Boeing di akun Twitter resminya, dikutip Sabtu malam (9/1/2021). "Kami sedang bekerja untuk mengumpulkan lebih banyak informasi," tulis pabrikan saingan Airbus ini.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan total penumpang kecelakaan Sriwijaya Jakarta - Pontianak mencapai 50 orang penumpang Bersama 12 orang kru kabin.

"Penumpang terdiri dari 43 dewasa, 7 anak -anak, dan 3 balita. Mohon doa restu dari seluruh masyarakat agar proses pencarian dengan lancar," katanya dalam press conference, Sabtu (9/1/2021).

Kronologi kecelakaan ini terjadi hilang kontak pada pukul 14.36 WIB. Pukul 14.37 WIB masih memberikan kontak untuk menaikkan ketinggian menjadi 29.000 kaki. Pukul 14.40 pesawat tidak mengarah pada 075 derajat melainkan ke Barat Laut.

Pagi tadi saham Boeing yang ditransaksikan di New York Stock Exchange (NYSE) drop 1,48% dibandingkan dengan posisi penutupan akhir pekan lalu. Secara year to date (ytd) kapitalisasi pasar Boeing mengalami penurunan 3,4%.

Namun apabila ditarik lebih jauh sampai 31 Desember 2019 saat pandemi Covid-19 belum merebak luas sampai perdagangan terakhir pagi tadi, harga saham Boeing masih terkoreksi 36,5%. 

Di sepanjang tahun 2020, saham Boeing tercatat drop 34,3% ketika di saat yang sama indeks S&P 500 mencatatkan penguatan hingga 16,3%. Kendati vaksinasi Covid-19 sudah dimulai, tetapi kasus harian yang makin melesat dan maraknya lockdown membuat prospek pemulihan kinerja keuangan dan saham Boeing menjadi makin suram.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular