
Bukan Cuma Harga Kedelai yang Ngamuk, Cabai Pun Terus Terbang

Luas lahan panen kedelai pada periode 2015-2019 terus mengalami fluktuasi. Begitu juga dengan produksinya. Mirisnya sampai dengan Oktober tahun 2019, produksi kedelai baru 480 ribu ton saja, atau hanya 16% dari target yang dipatok di awal 2,8 juta ton.
Padahal setiap tahunnya Indonesia diperkirakan mengkonsumsi 2,8 juta ton kedelai. Akibatnya, kekurangan pasokan kedelai tersebut harus ditambal dengan mengimpor sebanyak 2,3-2,7 juta ton dalam lima tahun terakhir.
Dalam tiga tahun terakhir terhitung sejak 2018-2020, RI tercatat mengimpor sebanyak 2,59 juta ton; 2,67 juta ton dan terakhir 1,8 juta ton kedelai. Lebih dari 90% kedelai yang diimpor RI berasal dari Amerika Serikat.
Ketergantungan akan impor inilah yang membuat harga kedelai di dalam negeri rentan mengalami fluktuasi dan sangat sensitif terhadap dinamika supply dan demand global.
Menurut Aip, ketika pasokan tidak mampu mengakomodasi seluruh permintaan, AS sebagai produsen global akan cenderung memprioritaskan China karena ukuran pasar yang besar dan karakteristik China yang mengimpor berbagai jenis kedelai.
Ketergantungan pada impor inilah yang membuat Presiden RI Joko Widodo mengungkapkan kejengkelannya. Hal tersebut dikemukakan Jokowi saat meresmikan pembukaan rapat kerja nasional pembangunan pertanian tahun 2021 di Istana Negara, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Jokowi menekankan kepada jajarannya untuk tidak lagi menerapkan kebijakan yang konvensional maupun bersifat rutinitas semata. Jokowi ingin jajarannya bisa membangun kawasan ekonomi secara luas.
Selain masalah ketergantungan pada impor, Indonesia juga memiliki problem lain yaitu disparitas harga kedelai antara produsen dan konsumen. Menurut Bappenas, rata-rata pertumbuhan harga produsen dan konsumen pada periode 1983-2015 berturut-turut adalah 10,59% dan 13,61% per tahun.
Jika dilihat dari disparitas atau margin harga yang terjadi antara harga produsen dan konsumen, terlihat periode setelah krisis ekonomi global selalu memberikan dampak terjadinya lonjakan margin harga kedelai.
Tidak hanya kedelai saja yang harganya melesat tinggi. Banyak komoditas-komoditas lain yang sering mengalami kenaikan yang tinggi. Contohnya adalah cabai merah dan bawang merah. Keduanya memiliki MPP yang sangat tinggi bahkan lebih dari 25%.
Untuk mengatasi permasalahan kronis berupa lonjakan harga komoditas yang merugikan konsumen, pendekatannya tidak hanya melalui tata kelola rantai pasoknya saja tetapi juga harus dibarengi dengan peningkatan produksi dan produktivitas di sektor hulu yang menjadi ranah Kementerian Pertanian.
Perlu ada koordinasi dan sinergi yang lebih kuat di antara kedua lembaga tersebut untuk mewujudkan stabilitas harga pangan. Tidak hanya stabilitas harga saja yang diprioritaskan tetapi juga aspek ketahanan dan kemandirian pangan perlu terus diupayakan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)[Gambas:Video CNBC]